Rekomendasi Perawatan Bayi Prematur dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, Termasuk saat Ibu Terpapar Covid-19

- 21 Maret 2021, 21:09 WIB
Ilustrasi bayi / pixabay
Ilustrasi bayi / pixabay /


ZONABANTEN.com—‌ Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan pengertian bayi prematur, bahayanya, dan cara penanganan yang dianjurkan termasuk saat sang Ibu terpapar Covid-19.

Seorang bayi dikatakan prematur apabila bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.

Masalah utama dari kelahiran di bawah masa tersebut adalah ini ialah belum matang atau imaturitasnya dari seluruh sistem organ tubuhnya,
Pada umumnya, setelah lahir secara prematur, bayi akan langsung dirawat di ruang intensif khusus bayi baru lahir (neonatal intensive care unit atau NICU).

Baca Juga: Bertemu Warga, Anggota PSI Tangsel Dicurhati Pemintaan Dukungan Pemerintah

Perawatan di dalam NICU ditujukan untuk menstabilkan keadaan serta menjaga proses tumbuh kembangnya tetap berjalan.

Selain itu, bayi juga akan dijaga dalam kondisi layaknya ketika masih di dalam Rahim sang ibu.
Masalah medis terkait imaturitas seluruh sistem organ bayi prematur akan dirawat oleh tim unit neonatal.

Proses perawatan ini dimulai dengan proses resusitasi yang terjadi pada 30 detik pertama pasca-lahir.

Baca Juga: Ternyata Ini Asal Kata Kepo

Pada tahap ini, sang bayi prematur distabilkan kemampuan bernapasnya menggunakan alat bantu napas mulai dari yang non-invasif hingga invasif.
Kemudian, perawatan bayi prematur akan dilanjutkan di ruang NICU.

Bayi prematur kehilangan kesempatannya mendapatkan dukungan nutrisi, oksigen, stimulasi, kekebalan, dan kehangatan dari ibunya.

Kekurangan tersebut akan menjadi fokus yang dijaga selama perawatan di NICU.

Baca Juga: Jenis Kertas HVS Ternyata Sebuah Singkatan Kata, Ini Dia Kepanjangannya

Peran sang ibu dalam tahap ini tetap dapat memberikan air susu Ibu (ASI) untuk bayinya.
ASI adalah nutrisi terbaik untuk semua bayi, terutama bagi bayi prematur. ASI akan menjadi sumber nutrisi, sumber faktor kekebalan tubuh, dan pertumbuhannya.

Namun, tidak semua bayi prematur dapat langsung menghisap ASI dari ibunya.

Proses menyusui membutuhkan refleks menghisap, menelan, serta bernapas yang berkoordinasi dengan baik.

Baca Juga: Junho 2PM Berhasil Selesaikan Wajib Militer

Bayi prematur yang lebih muda dari 36 minggu, masih memiliki koordinasi refleks menghisap-menelan serta kemampuan mencerna yang belum berkembang sempurna.

Pada fase ini pemberian ASI belum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya, melainkan bertujuan untuk merangsang fungsi ususnya yang masih prematur.

Nutrisi selain ASI dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan entero kolitis nekrotikans (EKN) pada usus yang amat fatal.

Baca Juga: Resmi! TeamViewer Jadi Sponsor Jersey Utama Keenam dalam Sejarah Manchester United

Pemberian ASI secara dini dimulai dari 10 mL per kg berat badan per hari, kemudian ditingkatkan sesuai toleransinya sampai mencapai 25 mL per kg berat badan per hari.

Apabila toleransinya baik, ASI diberikan untuk kebutuhan nutrisi secara bertahap hingga mencapai volume sekitar 150 mL per kg berat badan.

Untuk itu, sang ibu harus bisa memompa ASI dengan benar, rutin, dan konsisten.

Mulai dari tetes awal keluarnya ASI atau kolostrum sampai tetes demi tetes selanjutnya.

Baca Juga: Diduga Terlibat Skandal Vaksin Corona, Menteri Kesehatan Ekuador Mengundurkan Diri

Pompalah ASI setiap 2 – 2,5 jam sehari, di luar jam istirahat atau tidur ibu sekitar 4 – 5 jam sehari.
Upayakan memompa konsisten sehari 6 – 8 kali, dengan lamanya memompa sekitar 100 menit.

Namun, sang ibu juga perlu menghindari rasa stres, sebisa mungkin, tanamkan rasa optimis dan percaya bahwa tim akan berusaha keras membantu sang bayi bersama sang ibu.

Dukungan dari keluarga terutama sang suami pun dapat sangat membantu.

Baca Juga: PPKM Mikro Dianggap Tak Efektif, Warga Japos Tangsel Khawatir Maraknya Pemancing di Fasum

Ibu dari bayi prematur juga disarankan berkonsultasi dengan konselor laktasi di rumah sakit tempat ibu melahirkan bayinya.

Sementara itu, bagi ibu yang sedang sakit batuk pilek, baik yang tertular Covid-19 atau tidak harus tetap menyusui sambil menggunakan masker.

Selain itu, ibu tersebut juga harus mencuci tangan sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, dan rutin membersihkan area permukaan tempat terjadinya kontak.

Baca Juga: Diharapkan Bisa Penuhi Kebutuhan Nasional, Kementan dan Cimory Dorong Perluasan Industri Susu

Inisiasi menyusu dini (IMD) diupayakan tetap dilakukan, sambil melakukan upaya pencegahan penularan infeksi. Sebaiknya tetap berkonsultasi dengan petugas kesehatan.

Apabila ibu sedang sakit dan tidak mampu menyusui langsung, pemberian ASI perah dapat dilakukan oleh anggota keluarga lain dengan tetap melakukan upaya pencegahan infeksi.

Jangan lupa mencuci tangan dan alat-alat pemberian minum lain dengan seksama.

Baca Juga: Diduga Diracun, Enam Singa Ditemukan Mati dan Dipotong-potong di Taman Nasional Ratu Elizabeth Uganda

Pesan tentang pentingnya pemberian ASI dan sentuhan sang Ibu bagi bayi prematur ini sesuai dengan penelitian terbaru WHO seperti yang sudah diberitakan sebelumnya (Penelitian WHO Menyatakan Ibu yang Terpapar Covid-19 Harus tetap Bersama Bayinya Pada Kasus Tertentu)***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: IDAI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah