Bersejarah! Presiden Prancis Minta Maaf dan Tegaskan Untuk Tidak Melupakan Genosida di Rwanda

- 7 Juni 2021, 14:26 WIB
Ilustrasi genosida. Anggota DPR RI Pangeran Khairul Saleh memuji kemunculan Timsus Penuntasan Dugaan Pelanggaran HAM Berat dari Kejaksaan Agung.
Ilustrasi genosida. Anggota DPR RI Pangeran Khairul Saleh memuji kemunculan Timsus Penuntasan Dugaan Pelanggaran HAM Berat dari Kejaksaan Agung. /Pixabay/Studiolarsen/

“Saya pikir genosida itu yang membuat saya sakit.” ujar Patureau seperti yang dikutip Zona Banten dari NHK.

"Saya tidak bisa memberi tahu teman-teman saya apa yang terjadi pada saya sampai saya berusia 20-an." ujar Patureau.

“Bekas luka emosional saya belum sembuh bahkan setelah 27 tahun,” ujar Patureau menambahkan.

Baca Juga: Bantuan Internasional Terus Diblokir oleh China, Taiwan Terima Sumbangan 750 Ribu Dosis Vaksin dari AS 

Hubungan antara Prancis dan Rwanda berantakan setelah genosida dan kedua negara memutuskan hubungan diplomatik pada 2006.

Pada tahun 2010, Nicolas Sarkozy, presiden Prancis saat itu, mengakui bahwa Prancis telah membuat "kesalahan besar".

Tetapi Macron telah mengambil pendekatan yang lebih berani.

Baca Juga: Pemilik Restoran Kebingungan Atas Kebijakan Ontario Izinkan Membuka Patios Kembali di Tengah Pandemi Covid-19 

Pada tahun 2019, ia memerintahkan penyelidikan atas apa yang terjadi antara tahun 1990 dan ketika genosida dimulai.

Pada 1990, Prancis mengirim pasukan ke Rwanda untuk campur tangan dalam perang saudara di negara tersebut.

Halaman:

Editor: Yuliansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah