Bersejarah! Presiden Prancis Minta Maaf dan Tegaskan Untuk Tidak Melupakan Genosida di Rwanda

- 7 Juni 2021, 14:26 WIB
Ilustrasi genosida. Anggota DPR RI Pangeran Khairul Saleh memuji kemunculan Timsus Penuntasan Dugaan Pelanggaran HAM Berat dari Kejaksaan Agung.
Ilustrasi genosida. Anggota DPR RI Pangeran Khairul Saleh memuji kemunculan Timsus Penuntasan Dugaan Pelanggaran HAM Berat dari Kejaksaan Agung. /Pixabay/Studiolarsen/

Sejarawan Vincent Duclert, yang memimpin tim penyusun laporan tersebut, mengatakan bahwa dokumen itu sangat diperlukan jika Prancis dan Afrika ingin membangun masa depan bersama.

“Melaporkan kebenaran tentang halaman gelap sejarah mutlak diperlukan.” ujar Duclert pada artikel NHK yang sama.

“Mengejar kebenaran menunjukkan kehebatan sebuah negara,” ujar Duclret.

Baca Juga: Empat Presiden Indonesia Lahir di Bulan Juni, Berikut Ini Daftarnya 

“Prancis menghancurkan kehidupan orang-orang Rwanda dan menghancurkan negara. Pada titik ini, Prancis harus meminta maaf kepada warga Rwanda dan para penyintas genosida.” ujar Duclert menegaskan.

Selama 20 tahun terakhir, Patureau telah melakukan perjalanan antara Prancis dan Rwanda untuk mendukung para janda dan anak yatim piatu yang selamat dari genosida.

Menyaksikan Presiden Macron menyampaikan pidatonya di Rwanda adalah momen yang emosional.

Baca Juga: Inggris Ingin Seluruh Dunia Selesai Divaksin pada 2022, Rencanakan Pengiriman 100 Juta Dosis Ke Luar Negeri 

“Dia adalah presiden Prancis pertama yang mengunjungi Rwanda hanya untuk kami,” ujar Patureau.

“Kata Ibuka, yang dia gunakan beberapa kali, berarti ‘jangan pernah lupa’ dalam bahasa Rwanda.” ujar Patureau menjelaskan.

Halaman:

Editor: Yuliansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah