17 Tradisi Sambut Ramadhan di Indonesia, dari Dayung Perahu sampai Mandi Air Perasan Limau

- 9 Maret 2022, 16:19 WIB
even bulan maret 2022 budaya nyadran di yogyakarta
even bulan maret 2022 budaya nyadran di yogyakarta /UIN Salatiga/

ZONABANTEN.com - Bulan Ramadhan dan segala keutamaannya selalu dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sebagai negara yang sarat akan budaya, Indonesia memiliki tradisi unik sambut Ramadhan yang berbeda-beda di setiap wilayah.

Berikut adalah daftar tradisi sambut Ramadhan di Indonesia yang unik dan meriah.

Baca Juga: 23 Ide Bisnis dan Peluang Usaha Bulan Ramadhan yang Menguntungkan, Kamu Bisa Jadi Jutawan dalam Sekejap

1. Meugang - Aceh, NAD

Bagi masyarakat Aceh, Ramadhan harus disambut dengan penuh rasa syukur atas 11 bulan lalu yang sudah mereka lewati.

Untuk itu, satu hingga dua hari menjelang Ramadhan, masyarakat Aceh beramai-ramai memasak daging dalam jumlah besar dan membagikannya kepada kerabat, tetangga, hingga anak-anak yatim piatu.

Tradisi Meugang ini secara kasat mata mirip dengan perayaan Idul Adha. Daging dipilih karena dinilai sebagai bahan masakan yang mewah dan tidak semua orang dapat mengonsumsinya pada hari-hari biasa.

Baca Juga: Sejarah Puasa Ramadhan di Balik Makna Surah Al-Baqarah Ayat 183-184

2. Malamang - Sumatra Barat

Malamang secara harfiah berarti membuat lemang. Tradisi ini biasa dilakukan masyarakat Sumatra Barat, khususnya daerah Minangkabau, Pariaman, dan Agam.

Lemang sendiri merupakan sejenis ketupat khas Sumatra Barat yang terbuat dari beras ketan dan santan yang dibungkus batang bambu muda.

Masyarakat Sumatra Barat biasanya memasak lemang bersama-sama di luar rumah untuk menyambut Bulan Ramadhan.

Konon tradisi ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam sejak masa Syekh Burhanuddin di Minangkabau.

Baca Juga: Penulis Novel Lupus Hilman Hariwijaya Meninggal Dunia, Raditya Dika: Kalau Bukan Karena Mas Hilman...

3. Balimau - Sumatra Barat

Selain Malamang, masyarakat Sumatra Barat juga punya tradisi lain untuk menyambut Ramadhan.

Balimau merupakan tradisi unik di mana masyarakat beramai-ramai mandi menggunakan air perasan jeruk limau.

Tradisi Balimau ini biasanya dilakukan satu hingga dua hari menjelang Ramadhan. Proses mandi dengan jeruk limau dimaksudkan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin agar lebih siap menjalani ibadah di Bulan Ramadhan nantinya.

Baca Juga: Menag Ingin Undang Paus Fransiskus, Ajak untuk Melihat Langsung Indahnya Keberagaman di Ind

4. Ziarah Kubro - Palembang, Sumatra Selatan

Ziarah memang sudah melekat dengan tradisi masyarakat Indonesia dalam menyambut Ramadhan.

Namun di Palembang, Sumatra Selatan, ziarah dilakukan dengan mengunjungi makan-makam ulama, pemuka agama, dan waliyullah pendiri Kesultanan Palembang.

Tradisi yang dikenal sebagai Ziarah Kubro ini dikhususkan bagi kaum laki-laki. Peziarah umumnya mengenakan pakaian serba putih dan akan melakukan pawai menuju sejumlah titik ziarah.

Tempat yang paling umum dikunjungi adalah pemakaman Kawah Tengkurep 3 Illir, karena di situlah para ulama banyak dimakamkan.

Tradisi Ziarah Kubro berlangsung selama 3 hari berturut-turut menjelang Ramadhan. Uniknya, tradisi ini kerap diikuti oleh peziarah yang datang dari kota-kota lain, seperti Aceh, Jambi, bahkan hingga Jawa Timur.

Baca Juga: Monstrous: Drakor Horor Mendatang yang Dibintangi Shin Hyun Been dan Goo Kyo Hwan

5. Pacu Jalur - Riau

Masyarakat Riau tampaknya punya cara sendiri untuk menyambut Bulan Ramadhan dengan meriah.

Mereka melakukan tradisi Pacu Jalur, yaitu sebuah perlombaan dayung perahu.

Tradisi Pacu Jalur biasanya dilakukan di Sungai Batang Kuantan yang terletak di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Tradisi ini dimaksudkan sebagai hiburan atas hari-hari yang sudah dilalui masyarakat sebelum akhirnya memasuki Ramadhan.

Baca Juga: Bansos PBI Maret 2022 Bisa Dicarikan Mulai Hari Ini! Berikut Cara Mudah Pencairan Dananya Lewat Online

6. Munggahan - Jawa Barat

Jika masyarakat Riau melakukan ‘pesta rakyat’, orang-orang Sunda di Jawa Barat justru menyambut Ramadhan dengan kumpul keluarga.

Keluarga-keluarga Sunda akan mengagendakan untuk berkumpul guna saling bermaaf-maafan pada satu hingga dua minggu menjelang Ramadhan.

Tradisi yang dikenal dengan nama Munggahan ini dimaksudkan untuk membersihkan diri dari segala amarah atau dendam yang mungkin masih tersimpan.

Dengan kondisi diri dan jiwa yang bersih, ibadah Ramadhan dapat dilakukan dengan lebih maksimal.

Baca Juga: Cara Cek Hasil Seleksi Program Kartu Prakerja Gelombang 24

7. Nyorog - Jakarta

Nyorog merupakan tradisi menyambut Ramadhan milik warga Jakarta, khususnya masyarakat suku Betawi.

Tradisi Nyorog dilakukan dengan mengirimkan bingkisan kepada sanak saudara pada hari-hari jelang Ramadhan

Umumnya tradisi ini dilakukan oleh yang lebih muda ke saudara sepuh dengan tujuan meminta restu untuk menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Bingkisan yang diberikan biasanya berisi aneka olahan khas Betawi, juga beberapa sembako dan barang-barang kebutuhan lainnya.

Baca Juga: Daftar Negara yang Jatuhkan Sanksi Kepada Rusia, Salah Satunya Korea Selatan

8. Nyadran - Jawa Tengah

Tradisi Nyadran dilakukan oleh masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Tengah sebagai ritual pembersihan diri sebelum memasuki Ramadhan.

Tradisi ini juga merupakan bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas hasil panen serta penghormatan kepada leluhur yang telah mendahului.

Tradisi Nyadran dilakukan dengan serangkaian kegiatan, mulai dari ziarah kubur yang dilakukan dengan membacakan doa dan membersihkan makam, hingga makan bersama dengan olahan sawah, kebun, dan ternak yang dimasak sendiri oleh warga.

Baca Juga: Ibu dari Barbie Hsu Minum Obat Penenang Setelah Tau Anaknya Kembali Menikah, Tanda Tidak Merestui?

9. Perlon Unggahan - Banyumas, Jawa Tengah

Mirip seperti Nyadran, masyarakat Banyumas juga melakukan ziarah kubur. Bedanya, tradisi Perlon Unggahan diawali dengan mengunjungi makan Bonokeling.

Saat memasuki makam Bonokeling, para peziarah diharuskan melepas alas kaki seraya menjinjing nasi ambeng, yaitu makanan khas Banyumas. Setelah itu, tradisi dilanjutkan dengan makan bersama.

10. Dugderan - Semarang, Jawa Tengah

Dugderan berasal dari kata “dug” yang merupakan suara pukulan bedug dan “der” yang merupakan suara letusan mercon.

Baca Juga: Sinopsis 3 Drakor yang akan Diputar Pada Cannes International Series Festival Bulan April

Tradisi Dugderan memang dilakukan secara meriah dengan arak-arakan yang diiringi berbagai kesenian seperti musik dan tari, serta beragam panganan tradisional.

Pawai dilakukan dengan mengarak "Warak Ngendog", maskot Dugderan yang berbentuk kambing dengan kepala naga.

Tradisi Dugderan sudah dilakukan sejak tahun 1881 dan kini telah menjadi festival tahunan yang menjadi ciri khas Kota Semarang.

Karnaval biasanya dimulai dari halaman Kantor Balai Kota sampai Masjid Agung Semarang, yang akan dilanjutkan dengan pembacaan suhuf halaqah dan penabuhan bedug.

Baca Juga: Manfaat Mengonsumsi Udang yang Wajib Diketahui, Salah Satunya Bisa Mencegah Peradangan

11. Kirab Dandangan - Kudus, Jawa Tengah

Serupa dengan Dugderan di Semarang, masyarakat Kudus juga menyambut Ramadhan dengan festival arak-arakan.

Tradisi Kirab Dandangan berawal dari para santri yang berkumpul dan menabuh bedug sembari menunggu pengumuman puasa oleh Sunan Kudus.

Melihat perkumpulan santri, akhirnya warga sekitar memanfaatkan kesempatan itu untuk menggelar lapak jualan.

Kini Kirab Dandangan sudah menjadi tradisi wajib masyarakat Kudus yang dilakukan dengan mengarak kerajinan tangan buatan warga sekitar dari Jalan Kiai Telingsing menuju Masjid Menara Kudus.

Baca Juga: Sejarah Hari Musik Nasional, Dicantumkan dalam Kepres dan Punya Filosofi Tersendiri

Puncak dari tradisi Kirab Dandangan adalah pementasan teatrikal sejarah perayaan Dandangan yang diisi oleh warga Kudus.

12. Gebyar Ki Aji Tunggal - Jepara, Jawa Tengah

Tampaknya masyarakat Jawa Tengah sangat menggemari arak-arakan. Begitu pula masyarakat Jepara yang menyambut Ramadhan dengan mengadakan tradisi arak-arakan Gebyar Ki Aji Tunggal.

Tradisi ini dilakukan rutin pada bulan Sya’ban sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan ajang silaturahmi bagi warga sekitar.

Baca Juga: Masih Beroperasi di Rusia, Coca Cola dan McDonald’s Hadapi Seruan Boikot

13. Padusan - Boyolali, Jawa Tengah

Masyarakat Boyolali mewarisi tradisi yang sudah dilakukan sejak zaman Wali Songo, yaitu Padusan.

Padusan merupakan prosesi berendam atau mandi di sumber mata air yang dianggap keramat oleh warga sekitar.

Tradisi ini dimaksudkan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin, juga sebagai perenungan atas kesalahan-kesalahan di masa lampau.

Tradisi Padusan dilakukan secara beramai-ramai sebelum memasuki Bulan Ramadhan.

Baca Juga: Ritual Upacara Minum Teh, Salah Satu Tradisi Budaya Jepang yang Masih dilestarikan Hingga Saat Ini

14. Apeman - Yogyakarta, DIY

Tradisi Apeman di Yogyakarta dipimpin langsung oleh Permaisuri Sultan dan diikuti oleh anggota keluarga Keraton Yogyakarta Hadiningrat lainnya dengan membuat ratusan kue apem secara tradisional.

Tradisi dimulai dengan proses ngebluk jeladren atau membuat adonan, baru setelah itu dilanjutkan dengan proses ngapem alias membuat apem.

Kini, tradisi Apeman juga digelar di Jalan Malioboro dan Jalan Sosrowijayan dan berhasil menjadi daya tarik wisatawan.

Baca Juga: Apa Itu Program Bansos PKH? Kenali Manfaat dan Tujuannya Berikut Ini, Siapa Tahu Anda Berhak Mendapatkannya

15. Megengan - Surabaya, Jawa Timur

Masih seputar kue apem, di Surabaya juga ada tradisi unik dalam menyambut Ramadhan yang disebut Megengan. Tradisi dilakukan dengan memakan kue apem sebagai bentuk penyucian diri.

Kue apem dipilih karena pelafalannya yang menyerupai kata afwan dalam bahasa Arab yang berarti permohonan maaf.

Tradisi Megengan juga dilengkapi dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang ustaz. Wrga yang hadir biasanya diharuskan membawa berkat, berupa nasi dengan lauk pauk dan kue khas Jawa Timur.

Baca Juga: Ingin Mendapatkan Bansos PBI? Silahkan Registrasi DTKS Terlebih Dahulu

16. Megibung - Karangasem, Bali

Di Bali, penyambutan Ramadhan dilakukan dengan tradisi Megibung, di mana warga berkumpul dan melakukan makan bersama.

Acara makan bersama itu diselenggarakan guna mempererat hubungan persaudaraan antar umat muslim yang menjadi kaum minoritas di Bali.

17. Suro’baca - Makassar

Acara makan bersama sebagai tradisi menyambut Ramadhan juga ada di Makassar. Tradisi yang disebut Suro’baca ini biasanya dilakukan satu hingga tujuh hari menjelang Ramadhan.

Baca Juga: Mengapa orang Jepang Menyukai Matsuri? Kenali Festival Tradisional Bernilaikan Sejarah dan Budaya Ini

Tradisi Suro’baca diisi dengan makan bersama dan dilengkapi doa bersama sebagai persiapan menjalani ibadah puasa Ramadhan dan diakhiri dengan ziarah kubur.

Itu dia tradisi-tradisi unik yang kerap dilakukan masyarakat dari berbagai daerah di indonesia untuk menyambut Ramadhan. Tradisi apa yang ada di daerahmu?***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah