Menurut Catatan Sejarah, BMKG Sebut Indonesia Pernah Alami Tsunami Non Tektonik

20 September 2021, 09:28 WIB
Ilustrasi tsunami /pexelr.com/george desipris

ZONABANTEN.com - Dalam siaran pers yang dibagikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 19 September 2021, BMKG sebut Indonesia berpotensi alami tsunami non tektonik.

BMKG saat ini tengah berupaya melakukan penyempurnaan dan pengembangan lanjut Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).

Ternyata, dikutip dari Instagram resmi @infobmkg, bencana alam tsunami non tektonik yang menelan korban jiwa sangat besar juga pernah terjadi sekurangnya delapan kali yang tercatat oleh sejarah.

Berikut adalah 8 peristiwa besar tsunami non tektonik menurut catatan sejarah yang pernah terjadi di wilayah Indonesia:

Baca Juga: Tidak Hanya Selat Sunda, BMKG Sebut Daerah Ini Berpotensi Alami Tsunami Non Tektonik

  1. Tsunami Gunung Gamkonora (1673)

  2. Tsunami Gunung Gamalama (1763)

  3. Tsunami Gunung Gamalama (1840)

  4. Tsunami Gunung Awu (1856)

  5. Tsunami Gunung Ruang (1871)

  6. Tsunami Gunung Krakatau (1883)

  7. Tsunami Gunung Rokatenda (1928)

  8. Tsunami Waiteba NTT (1979) akibat longsor tebing pantai.

Meskipun, menurut pencatatan BMKG, 90% tsunami diakibatkan oleh fenomena tektonik atau kegempaan, tetapi akhir-akhir ini fenomena tsunami non tektonik sering terjadi di Indonesia.

Baca Juga: Ramai Isu Gempa Bumi dan Tsunami, Ternyata Menurut Catatan Belanda Pacitan Pernah 2 Kali Diterjang Tsunami

Salah satu tsunami non tektonik yang akhir-akhir ini terjadi ialah tsunami di Selat Sunda yang menerjang daerah di sekitarnya, seperti kabupaten Pandeglang di Banten dan Provinsi Lampung bagian Selatan.

Selain itu, pada 16 Juni lalu terjadi gempa 6,1 magnitudo di Pulau Seram Maluku Tengah yang mengakibatkan longsor lereng pantai sehingga permukaan air laut naik hingga 50 cm.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, BMKG sedang berupaya melakukan penyempurnaan dan inovasi pada Sistem Peringatan Dini Tsunami untuk mengantisipasi peristiwa serupa.

Saat ini, teknologi dan pemodelan tsunami non tektonik masih menjadi tantangan global karena teknologi yang ada kebanyakan berdasarkan perhitungan analisis terhadap aktivitas tektonik atau kegempaan.

Baca Juga: Pacitan Gelar Simulasi Bencana Terkait Isu Gempa dan Tsunami, Mensos Risma Sampaikan Hal Ini

"Kami rutin menggelar Focus Group Discussion bersama pada ahli dan pakar gempa bumi tsunami dari berbagai Perguruan tinggi dan lembaga kajian ilmiah," imbuh Dwikorita dilansir ZonaBanten.com dari Instagram resmi @infobmkg.

BMKG terus berdiskusi dan bekerjasama dengan LIPI, BPPT, pakar dari United States Geological Survey (USGS), GFZ German, GNS Science New Zealand, termasuk para pakar dari Jepang, Australia, India, Inggris, dan Amerika.

BMKG bersama para ahli tersebut terus berupaya berpacu dengan waktu untuk mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Non Tektonik yang berbasis kajian ilmiah dan keilmuan.

"Semoga sistem peringatan dini tsunami non tektonik bisa segera tercipta," tambahnya.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler