ZONABANTEN.com - Pada Minggu, 19 September 2021, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membagikan siaran pers mengenai penyempurnaan Sistem Peringatan Dini guna antisipasi tsunami non tektonik.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan pihak BMKG bersama Kementerian atau Lembaga terkait sedang berupaya melakukan penyempurnaan dan pengembangan laju Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).
Selain itu, dikutip ZonaBanten.com dari Instagram resmi BMKG, @infobmkg, Dwikorita menyebutkan sejumlah wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami tsunami non tektonik.
Baca Juga: Regulator Nuklir Jepang Desak TEPCO Perbaiki Pengelolaan Limbah Fukushima Daiichi
Wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami tsunami non tektonik yang disebutkan oleh Kepala BMKG ialah Selat Sunda, Kota Palu Sulawesi Tengah, Pulau Seram Maluku Tengah, beberapa titik di wilayah Indonesia Tengah dan Timur, termasuk Pulau Lembata Nusa Tenggara Timur.
Wilayah-wilayah tersebut berpotensi mengalami tsunami non tektonik karena di wilayah tersebut banyak memiliki gunung api laut, palung laut atau patahan darat yang terlempar sampai ke laut.
Keadaan tersebut berpotensi mengakibatkan Tsunami Non Tektonik atau Atypical dengan waktu datang gelombang tsunami dua sampai tiga menit (Tsunami Cepat) sehingga dapat mendahului bunyi sirine Peringatan Dini.
"Tsunami di Pandeglang, Selat Sunda, Banten yang terjadi tahun 2018 lalu adalah salah satu contoh tsunami non tektonik yang terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, yang dipicu erupsi Gunung Api Anak Krakatau, bukan karena gempabumi," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip dari Instagram resmi @infobmkg pada Senin, 20 September 2021.