Pemilihan tersebut berlangsung pada September 2012, mengakibatkan PVV kehilangan sembilan kursi di parlemen, karena pemilih Belanda berpaling dari partai-partai pinggiran di kiri dan kanan yang mendukung VVD dan Partai Buruh.
November 2013, Wilders mengumumkan aliansi dengan Marine Le Pen dari Front Nasional Prancis.
Pasangan itu berjanji untuk membuat blok di Parlemen Eropa yang disebut Aliansi Eropa untuk Kebebasan.
Aliansi itu adalah sebuah kelompok yang didasarkan pada pembongkaran birokrasi Uni Eropa dan pengenaan kontrol imigrasi yang ketat.
Dalam pemilihan parlemen UE pada Mei 2014, Le Pen memimpin partainya meraih kemenangan bersejarah di Prancis, tetapi sebagian besar pemilih Belanda menolak platform anti-imigran dan anti-penghematan PVV.
Pengadilan pidato kebencian kedua Wilders berlangsung pada 31 Oktober 2016, setelah pengacaranya gagal mencoba untuk menghentikan kasus tersebut.
Wilders menghadapi dakwaan baru sehubungan dengan unjuk rasa tahun 2014 di mana ia berjanji bahwa lebih sedikit orang Maroko akan diizinkan masuk ke Belanda.
Wilders bersumpah untuk memboikot proses terhadapnya, yang dia anggap bermotif politik.
Baca Juga: 4 Negara yang Melarang Hijab, 3 Diantaranya Jadi Alasan Hari Solidaritas Hijab Internasional