Motif Satu Keluarga Terjun dari Apartemen Belum Terungkap, Dr Mintarsih: Stres Ekonomi Pemicu Bunuh Diri

- 18 Maret 2024, 04:05 WIB
Mintarsih A Latief
Mintarsih A Latief /Foto: Ayu Utami/Zonabanten.com/

ZONABANTEN.com - Penyebab satu keluarga bunuh diri bersama dengan cara melompat dari Apartemen Teluk Intan Topas Tower Penjaringan, Jakarta Utara masih belum terungkap.

Keempat korban berinisial EA (51), AIL, JWA (13), dan JL (18) nekat bunuh diri. Jasad mereka pertama kali ditemukan Sabtu, 9 Maret 2024 pukul 16.15 WIB dengan kondisi yang mengenaskan, terdapat beberapa luka pada tubuh korban antara lain kepala belakang pecah, pinggang patah, hingga kedua tangan dan kaki patah.

Baca Juga: Sejarah gerakan Mahasiswa di Indonesia

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagian mengatakan, untuk saat ini penyidik masih menunggu hasil pemeriksaan psikologi forensik untuk menentukan motif pasti peristiwa tersebut .

"Kita masih menunggu hasil laboratorium forensik dan psikologi forensik," kata Hady saat dikonfirmasi, Minggu, 17 Maret 2024.

Namun, belum lama ini beredar isu bahwa satu keluarga tersebut terjerat pinjaman online (pinjol). Salah satu tetangga korban yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa keluarga itu dalam beberapa hari belakangan kerap meminjam uang. Bahkan ia juga pernah menyaksikan sendieri ada orang yang datang menagih utang dengan cara yang kasar.

“Saya pernah lihat orang tagih dia kan, orang namanya tagih utang kan pasti ada sedikit kasar atau gimana kan. Dari situ saya tahu (karena) ekonomi,” ujarnya kepada awak media belum lama ini.

Selain menjadi perhatian publik, kasus bunuh diri satu keluarga ini juga diamati oleh Dr. Mintarsih Abdul Latief Sp.KJ, menurutnya, stres ekonomi menjadi salah satu penyebab tertinggi orang melakukan bunuh diri. Namun, itu bersifat relatif, bukan masalah kemiskinan, hanya pemikiran saja.

"Pada prinsipnya orang bunuh diri itu karena merasa masa depannya sudah tidak ada, sudah tidak ada lagi kehidupan masa depan," katanya.

Baca Juga: Sering Dilakukan Pemerintah Indonesia, Inilah Pengertian MoU dan Manfaatnya

Dalam kasus ini, Mintarsih menekankan bahwa kita harus melihat dari sisi kesedihan, bukan hanya karena masalah ekonomi atau kemiskinan, karena tidak sedikit orang kaya yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

"Jangan dilihat dari sudut apakah kamu punya uang untuk makan? Orang bunuh diri karena berpikir bahwa dia sudah tidak punya kehidupan masa depan, dalam hal ini masalah ekonomi dan di Indonesia pada saat ini memang banyak masalah ekonomi," ujarnya.

Mintarsih mengambil contoh kasus bunuh diri di Amerika yang dipicu oleh jatuhnya nilai saham.

"Di Amerika pada saat saham jatuh itu cukup banyak orang bunuh diri. Padahal mereka pemilik membeli saham yang cukup banyak jadi kalaupun turun hanya seperempatnya. Mereka cukup makan tapi tetap bunuh diri jadi yang terjadi adalah kesulitan ekonomi secara relatif, inilah yang dinamakan stres ekonomi," ungkapnya.

Baca Juga: 5 Fakta tentang Coach Irwansyah, Badminton Lovers Menjulukinya 'Pelatih Berhati Malaikat'

Karena itulah, Mintarsih menegaskan bahwa kasus ini yang harus dilihat adalah bagaimana perkembangan atau penurunan ekonomi yang terjadi dari sebelumnya sampai pada saat sekarang.

"Jadi, dia kaya lalu hartanya  berkurang, tapi belum sampai miskin sebelum miskin dia sudah berpikir bagaimana kehidupan dia kedepannya," jelas Mintarsih.

Dalam hal ini, Mintarsih menyoroti yang dilihat oleh pelaku bunuh diri adalah suatu ancaman.

"Dia sudah mencari pekerjaan baru dengan penghasilan cukup ternyata tidak cukup juga, lalu dia menyadari hartanya terus berkurang, hutangnya terus bertambah, itu kan suatu ancaman bagi dirinya walaupun belum sampai miskin," tutup Mintarsih.***

 

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah