Sejarah gerakan Mahasiswa di Indonesia

- 17 Maret 2024, 23:49 WIB
Ilustrasi gerakan mahasiswa
Ilustrasi gerakan mahasiswa /Instagram.com/bemsijabar
 
ZONABANTEN.com - Mahasiswa merupakan seorang Peserta didik di Sebuah Peguruan Tinggi, Universitas, atau Akademi. 
 
Mahasiswa merupakan seseorang yang memiliki beban Akademis, yakni menyelesaikan kuliah dll, dan beban sosial, yakni mengadvokasi isu-isu penting dalam Masyarakat. 
 
Peran dan Advokasi yang mereka lakukan kepada Masyarakat sering menjadi sesuatu yang ditakuti rezim. Mereka menjadi Perisai yang digunakan masyarakat untuk berlindung dari kekejaman rezim.
 
Dalam Sejarah dunia, sudah ada banyak bukti bahwa Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memberikan perubahan, mulai dari gerakan Mahasiswa di Eropa Timur (terutama Jerman Timur) yang mampu mengakhiri Komunisme, gerakan Mahasiswa di Tiongkok pada tahun 1989, gerakan Mahasiswa di Filipina yang menggunlingkan Marcos, dan gerakan Mahasiswa di Korea Selatan yang  mengakhiri rezim Militer. 
 
Mahasiswa sering menjadi awal dari perubahan, sebab selain memimiliki tugas Akademis, mahasiswa juga memiliki tugas untuk membentuk dan membangun negeri.
 
 
Selain di belahan dunia lain, mahasiswa juga sudah berperan dalam menggunlingkan rezim. Tidak hanya pada 1998, namun juga pada 1966, dan bahkan untuk meraih kemerdekaan. 
 
Berikut merupakan timeline gerakan Mahasiswa di Indonesia.
 
Masa Kolonial:
 
Pada masa Kolonial, gerakan Mahasiswa dimulai dengan kelompok Budi Utomo. Kelompok Budi Utomo merupakan kelompok Mahasiswa kedokteran STOVIA (Sekarang UI) yang didirikan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
 
Budi Utomo didirikan pada tanggal 8 Mei 1908. Budi Utomo ini memiliki misi Sosial,Ekonomi, dan Politik. Budi Utomo bubar pada 1935 karena Para Petinggi Budi Utomo memutuskan untuk gabung ke Partai Indonesia Raya. 
 
Pada tahun 1925, Soekarno mendirikan Kelompok Studi Umum. Kelompok Studi ini berperan untuk mencerdaskan rakyat Indonesia akan kekejaman Belanda.
 
Pada tahun 1926, mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda mendirikan Perhimpunan Pelajar Indonesia. 
 
 
PPI ini awalnya bercikal bakal dari organisasi-organisasi Mahasiswa yang berada di Surabaya, Bandung, dan kota-kota Indonesia lainnya.
 
PPI tidak hanya berperan dalam memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, namun PPI Belanda sempat membantu orang-orang Yahudi untuk kabur dari pengintaian NAZI Jerman. 
 
Beberapa anggota PPI bahkan sempat dipidana dan di kirim ke Kamp Konsentrasi karena tindakan berani mereka yang menyelamatkan Orang Yahudi dengan menyeludupkan mereka ke Amerika Serikat dan Britania Raya, bahkan banyak dari mereka meninggal di Penjara NAZI. 
 
Pada tahun 1945, mahasiswa alias angkatan muda membujuk Soekarno untuk mendeklarasikan Kemerdekaan. Bujukkan tersebut gagal, namun mereka mampu meraih kesepakatan dengan pihak angkatan tua, yakni kemerdekaan akan dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
 
Setelah kemerdekaan:
 
Pada masa demokrasi Terpimpin:
 
Setelah kemerdekaan, Soekarno tidak mampu menjaga keutuhan Negara, beliau mencoba beberapa gaya demokrasi, namun nyatanya masih tampak gagal. 
 
Hal ini membuat Soekarno berinisiasi untuk menjalankan sebuah demokrasi yang terpimpin. Hal ini beliau beberkan dalam Dekrit Presiden 1959. 
 
Demokrasi semacam ini pun dikenal banyak Pihak termasuk Mahasiswa, dan para Wartawan. Para Mahasiswa pun akhirnya berkumpul dan mendirikan beberapa gerakan Mahasiswa baru seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. 
 
Pada masa ini, organisasi mahasiswa PKI sangat kuat, dan menikmati banyak hak. Pada masa ini, organisasi PKI sering berseberangan dengan Himpunan Mahasiswa Islam. Soekarno menggunakan Organisasi PKI untuk membungkam kritik.
 
 
Hal ini pun menjadi Boomerang baginya, sebab semua kejadian ini memberikan alasan yang kuat bagi Militer untuk mengambil alih secara halus. G30SPKI pun terjadi.
 
Setelah G30spki, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia dibentuk. Organisasi yang disingkat KAMI ini didirikan pada tahun 1965 untuk melawan Komunisme. 
 
Pada tahun 1966 terjadi demonstrasi demi demonstrasi yang merepotkan Soekarno. Soekarno pun menjadi goyah, dan menandatangani Surat Perintah Sebelas Maret. 
 
Pada masa Orde Baru:
 
Pada masa Orde Baru, pada tahun 1974, Mahasiswa UI dan Trisakti melakukan demonstrasi pada tanggal 15 Januari 1974 ketika Soeharto sambut Perdana Menteri Jepang. Peristiwa ini dikenal sebagai Malari. 
 
Pada tahun 1978, mahasiswa ITB berhasil merepotkan Pemerintah dimana Pemerintah akhirnya mengeluarkan peraturan yang melarang Mahasiswa bergerak secara Politis didalam Kampus. 
 
Pada tahun 1983, Pemerintah memecahkan HMI menjadi MPO dan DIPO. Ini Pemerintah lakukan pada Kongres HMI tahun tersebut
 
 
Setelah itu, selama 11 tahun tidak terjadi apa-apa, namun pada 1989, dikarenakan munculnya keberanian Mahasiswa di Filipina, Tiongkok, dan sistem  Komunisme Eropa Timur yang mulai membujuk, gerakan Mahasiswa mulai hidup kembali. 
 
Awalnya berupa kelompok Studi, namun akhirnya membesar. Pada tahun 1992, Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) didirikan.
 
Lalu pada pertengahan 1990-an, gerakan Mahasiswa semakin menjamur sehingga ITB kembali membara. ITB kembali berakhir pada tahun 1997, bersama dengan UI UGM dan lain-lain. 
 
Pada awal Tahun 1998, Mahasiswa Trisakti sudah mulai melakukan gerakan demi gerakan. Mereka sudah mulai turun ke Jalan. 
 
Sebelum 1998 dan setelah Malari, Mahasiswa Trisakti terkenal sangat pasif, namun dengan berkembangnya gerakan Mahasiswa di tahun 1990-an, Trisakti pun tergerak. 
 
Gerakan yang awalnya merupakan kajian-kajian Studi mengenai HAM yang di Fakultas Hukum hanya dilakukan di Prodi Hukum Internasional, akhirnya semakin membesar. 
 
Hal ini membuat Trisakti menjadi target kekejaman 12 Mei 1998 yang menembak 4 Mahasiswa Trisakti. Hal ini pun memperparah amarah Masyarakat terhadap Suharto, yang akhirnya berhenti menjabat pada 21 1998. 
 
 
Gerakan Mahasiswa di Indonesia masih dilakukan pada era Reformasi, dengan yang terakhir terjadi pada 2020 untuk menentang Omnibus law dan 2019 untuk menentang RKUHP. 
 
Gerakan Mahasiswa masih krusial bagi Indonesia, sebab Indonesia masih membutuhkan Manusia-Manusia yang berpikir kritis.***
 

Editor: Bayu Kurniya Sandi

Sumber: Universitas Indonesia Library


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x