Biasanya, ‘hari baik’ mencari kayu jatuh pada hari kelima atau ketujuh pada bulan pembuatan kapal, melambangkan rezeki yang ada di tangan dan selalu mendapat rezeki.
Tahap kedua adalah proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian. Ini adalah tahap yang memakan waktu yang lama.
Terakhir, di tahap ketiga adalah proses peluncuran Kapal Pinisi ke laut. Sebelum diluncurkan, biasanya diadakan Upacara Maccera Lopi, atau menyucikan Kapal Pinisi.
Upacara Maccera Lopi ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing. Jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, dan jika di atas 100 ton maka yang disembelih adalah sapi.
Rangkaian pembuatan Kapal Pinisi memiliki filosofi tersendiri, yaitu nilai kerja keras, kerjasama, keindahan, hingga menghargai alam.
Tak heran, jika Kapal Pinisi masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO sejak tahun 2017 lalu.***