Bekas Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menyatakan bahwa “super immunity” memberi peluang untuk berakibat dampak pelemahan efektivitas, khususnya terhadap varian baru seperti Omicron yang hingga saat ini masih dikaji dengan baik.
Tjandra menyatakan opsi untuk tertular COVID-19 untuk mendapat kekebalan alami maupun “super immunity” bukan cara yang tepat. Sebab, bila seseorang jatuh sakit mempunyai risiko besar bagi kesehatan dan juga kehidupan.
Baca Juga: Sah! Kementerian Kominfo Jadi Prioritas Auditorat Utama Keuangan Negara BPK III
"Ada juga fenomena lain, yaitu bagaimana imunitas tubuh pada seorang yang divaksin COVID-19 tapi kemudian tetap jatuh sakit COVID-19, yang setidaknya berdasar Jurnal JAMA akhir 2021 juga memberi perlindungan yang baik," ujarnya levbih lanjut.
Untuk itu Tjandra mendorong masyarakat untuk segera memperoleh vaksinasi COVID-19 dosis lengkap.
Per-1 Januari 2022 menunjukkan masih lebih dari 45 persen masyarakat Indonesia belum mendapat vaksinasi lengkap, sekitar 57 persen lansia juga belum mendapat vaksinasi memadai. "Angka ini harus dikejar dengan segala upaya maksimal kita semua," tambahnya.***