Sejarah Kota Surabaya Menurut Cerita Rakyat, Berawal dari Perkelahian Hebat Antara Hiu dan Buaya

31 Mei 2022, 15:40 WIB
Asal usul Kota Surabaya berdasarkan cerita rakyat yang beredar /Dongeng Kita/YouTube

ZONABANTEN.com – Setiap kota di Indonesia, atau bahkan dunia, pasti memiliki sejarahnya masing-masing. Termasuk Surabaya.

Surabaya merupakan ibukota dan kota metropolitan terbesar di Jawa Timur, sekaligus menjadi kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. 

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan, mengingat perjuangan arek-arek Suroboyo atau pemuda-pemuda Surabaya saat masa penjajahan.

Hari ini, tepat tanggal 31 Mei 2022, Surabaya merayakan hari jadinya yang ke-729.

Di hari jadi Kota Surabaya yang ke-739 ini, alangkah baiknya jika kita mengetahui sejarah dari Kota Pahlawan ini.

Baca Juga: Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Tingkatkan Kesadaran akan Bahaya Merokok dan Tinggalkan Kebiasaan Ini

Dilansir dari kanal YouTube Dongeng Kita, menurut cerita rakyat, nama Surabaya berasal dari gabungan kata ‘sura’ yang berarti ikan hiu, dan ‘baya’ yang berarti buaya.

Dikisahkan, di sebelah utara Jawa Timur, hiduplah seekor buaya raksasa yang ganas dan menyeramkan, namanya Baya. 

Ia adalah penguasa sungai dan pemangsa yang pandai berburu dan sangat ditakuti oleh semua binatang di hutan sepanjang tepian sungai yang bermuara pada laut yang luas.

Di laut itu, tinggallah seekor hiu ganas bernama Sura, penguasa laut yang ditakuti semua ikan.

Namun, Sura merasa bosan jika hanya makan ikan setiap hari. Jadi, ia penasaran dengan sungai yang bermuara di lautnya dan berenang ke sungai itu.

Baca Juga: Perhatikan Sebelum Membeli, Berikut 5 Ciri-ciri Aglonema yang Sehat

Di tepi sungai, ada seekor anak kijang yang sedang minum. Sura yang merasa lapar, diam-diam berenang ke tepian dan melompat keluar menangkap anak kijang tersebut.

Sura merasa senang dan puas karena mendapatkan santapan yang lezat.

Setelah selesai memangsa anak kijang tersebut, Sura jadi ketagihan. Keesokan harinya, ia kembali berburu di sungai itu.

Sura mendapat banyak mangsa di sungai itu. Hingga suatu hari, Baya mulai curiga karena semakin hari ia semakin kesulitan mendapat makanan.

Saat menyelidiki penyebabnya, Baya melihat Sura menangkap seekor anak monyet yang sedang berenang di sungai.

Baca Juga: Aleix Espargaro Kritik Sirkuit Mandalika yang Kotor: Saya Datang Bukan untuk Membersihkan Trek

Mengetahui hal itu, Baya sontak marah. “Hai, Sura, apa yang kau lakukan di sini? Ini daerah kekuasaanku, beraninya kamu merebut jatah makanku!,” kata Baya tak terima.

Sura yang tidak takut pada Baya, menantang balik buaya tersebut. “Hey! Terserah aku mencari makan di mana. Ini bukan daerah kekuasaanmu. Jadi, semua binatang bebas mencari makan di sini,” balasnya. 

Akhirnya mereka berkelahi, dan karena sama-sama kuat, pertarungan itu bertahan sangat lama.

Hingga berhari-hari lamanya, semua binatang di hutan merasa terganggu dengan perkelahian Sura dan Baya.

Mereka juga kelelahan karena pertarungan tersebut tak kunjung selesai lantaran keduanya sama-sama kuat.

Baca Juga: Alhamdulillah! Bansos PBI Sudah Cair, Sudah Terdaftarkah Nama Anda di DTKS?

“Sura, sebaiknya kita sudahi saja perkelahian ini, karena aku sudah lelah,” kata Baya, dan disetujui oleh Sura.

“Sura, mulai sekarang, kita batasi saja daerah perburuan kita. Muara itu adalah batasnya. Jangan sampai melanggar batas, karena kamu akan merasakan sendiri akibatnya,” kata Baya, yang lagi-lagi disetujui oleh Sura.

Sura pun meninggalkan sungai itu dan kembali ke lautan. Selama beberapa bulan, hutan itu menjadi tenang kembali.

Namun, Sura merasa resah karena ia rindu makan daging kijang seperti dulu. Ikan-ikan yang ada di lautan rasanya tak cukup untuk memenuhi rasa laparnya.

Akhirnya, Sura kembali ke muara secara diam-diam. Sayangnya, tak ada mangsa yang datang ke muara tersebut.

 Baca Juga: Segera Lapor Jika KPM Bansos BPNT 2022 Belum Terima Bantuan, Bisa Lewat WhatsApp atau Email

Sura yang bosan menunggu, akhirnya berenang lebih jauh dan masuk ke hutan.

Rencananya berhasil. Ia berburu secara diam-diam di hutan tersebut selama berbulan-bulan tanpa ketahuan.

Seperti kejadian sebelumnya, Baya kembali curiga karena lagi-lagi mangsanya telah berkurang.

Baya yakin bahwa ini ulah Sura, namun ia tak melihat hiu itu di sungai tersebut. Lantas, Baya menyiapkan rencana dengan menangkap dan melukai kaki seekor kijang agar tak bisa lari.

Kemudian, kijang itu diletakkan di pinggir sungai, dan Baya akan bersembunyi. Sura yang berenang di sungai, sangat senang melihat kijang tersebut dan hendak membawa kijang itu ke laut.

Namun, belum sempat Sura membawa kijang itu, tiba-tiba Baya menghalanginya. Sura tak peduli, dan langsung menyeret kijang itu ke laut. 

Baca Juga: Berkat ‘Tick, Tick… Boom’, Andrew Garfield Masuk Nominasi Oscar 2022

Baya semakin geram dan menyerang Sura. Perkelahian pun kembali terjadi dan tidak ada yang berani mendekati daerah tersebut.

Saat Sura mulai lengah, Baya langsung menggigit ekor Sura. Sura yang tak mau kalah, juga balas menggigit ekor Baya.

Meski keduanya sama-sama kesakitan dan terluka parah, Baya tak putus asa dan terus menggigit ekor Sura hingga putus.

Sura sangat kesakitan, dan segera pergi dari sungai itu menuju laut. Sejak saat itu, ikan hiu tersebut tak berani lagi mendekati sungai, apalagi dengan kondisinya yang tanpa ekor.

Nah, untuk mengenang perkelahian hebat tersebut, maka tempat kedua hewan itu berkelahi diberi nama Surabaya.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Dongeng Kita

Tags

Terkini

Terpopuler