Kisah Warga Myanmar Ikut Milisi Demi Memperjuangkan Demokrasi Mereka

- 17 Juni 2021, 08:13 WIB
Milisi yang dipimpin dilatih Persatuan Nasional Karen (KNU) di negara bagian Karen Myanmar pada Jumat, 9 April 2021, yang didapatkan Reuters.
Milisi yang dipimpin dilatih Persatuan Nasional Karen (KNU) di negara bagian Karen Myanmar pada Jumat, 9 April 2021, yang didapatkan Reuters. /Sumber: Reuters/Reuters

Salai Vakok, seorang pekerja pengembangan masyarakat berusia 23 tahun yang kini berubah menjadi pejuang perlawanan, Vakok juga berada di Negara Bagian Chin. 

Vakok mulai mengumpulkan senapan berburu di kota asalnya Mindat tak lama setelah Tatmadaw mulai menembaki pengunjuk rasa pada pertengahan Februari.

“Dulu kami berharap orang-orang dari luar negeri akan berjuang untuk kami, tetapi itu tidak pernah terjadi,” ujar Vakok.

Baca Juga: Desain Poster Sambutan Mahasiswa Baru UI Mirip Sinetron, Netizen: Kayak Orang Mau Masuk Surga

“Saya tidak pernah dalam hidup saya berpikir saya akan memegang senjata” ujar Vakok.

“Tetapi saya dengan cepat berubah pikiran setelah mengetahui tentang pembunuhan warga sipil tak bersenjata yang tidak bersalah di seluruh negeri dan terutama di daerah dataran rendah.” ujar Vakok menjelaskan.

“Saya tidak bisa tinggal diam. Untuk membalas para pahlawan yang gugur dan menunjukkan solidaritas saya, saya memutuskan untuk mengangkat senjata.” ujar Vakok menegaskan.

Tatmadaw telah menanggapi perlawanan bersenjata dengan serangan udara dan darat tanpa pandang bulu.

Mereka juga menghambat akses bantuan, makanan, dan pasokan untuk penduduk sipil. Tindakan ini serupa dengan pola kekerasan yang telah lama dilakukan di daerah etnis. 

Hampir 230.000 orang telah meninggalkan rumah mereka sejak kudeta; banyak yang bersembunyi di hutan.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah