Disanksi AS Atas Program Nuklir, Iran Desak Korea Selatan untuk Cairkan Dana Negaranya yang Dibekukan

- 13 April 2021, 16:12 WIB
Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi bendera Iran /jorono/Pixabay


ZONABANTEN.com – Iran telah mendesak Korea Selatan (Korsel) untuk melepaskan miliaran dolar dana Iran yang dibekukan di bawah sanksi Amerika Serikat (AS) atas program nuklirnya.

Pernyataan itu dikeluarkan Iran dalam kunjungan perdana menteri Korea Selatan, Chung Sye-kyun ke negara itu, Minggu 11 April 2021.

Wakil Presiden Pertama Iran, Eshaq Jahangiri, mengatakan bahwa dengan memblokir aset valuta asing Iran di bank-bank Korea Selatan telah merusak citra negara di antara rakyat Iran.

"Kami menyerukan kepada pemerintah Korea (Selatan) untuk melepaskan sumber daya keuangan Iran secepat mungkin," katanya seperti dikutip ZONA BANTEN dari China Daily.

Baca Juga: Berkonflik dengan Israel dan AS, Situs Nuklir Natanz Iran Dilanda Terorisme

Menurut Jahangiri, tindakan bank-bank Korea Selatan telah menyebabkan kerugian dalam bidang ekonomi dan kesehatan.

Hal ini karena tindakan tersebut dilakukan pada saat orang Iran membutuhkan sumber daya mereka untuk memerangi pandemi virus korona,  yang seharusnya bisa membuat sumber daya moneter dapat digunakan untuk membeli peralatan medis, obat-obatan, dan barang-barang penting lainnya untuk negara.

Kunjungan Chung terjadi setelah Iran merilis sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan yang disita tiga bulan lalu ketika Teheran menekan Seoul untuk membuka blokir miliaran dana minyak beku.

Sementara itu, Chung mengatakan kedua negara telah sepakat untuk mengupayakan cara memperluas hubungan timbal balik, dan Korea Selatan akan meningkatkan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan dan peralatan medis ke Iran.

Iran telah menuduh Korea Selatan menyandera dana $7 miliar, tetapi Teheran berulang kali membantah penyitaan kapal itu terkait dengan masalah tersebut.

Baca Juga: Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif Mendesak Joe Biden untuk Memulihkan Kesepakatan Nuklir

Iran adalah pemasok minyak utama untuk Korea Selatan yang miskin sumber daya sampai Seoul menghentikan pembeliannya setelah keputusan AS pada tahun 2018, di bawah presiden AS saat itu Donald Trump, untuk secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksinya.

Presiden baru AS, Joe Biden telah mengisyaratkan kesiapannya untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut.

Iran dan kekuatan dunia mengadakan pembicaraan pekan lalu yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Dalam perkembangan lain, Iran menyalahkan Israel atas tindakan sabotase hari Minggu 11 April 2021 di situs nuklir Natanz dan akan menyatakan akan membalas dendam.

Otoritas Iran menggambarkan insiden sehari sebelumnya sebagai tindakan terorisme nuklir dan mengatakan Teheran berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku.

Baca Juga: Segera Hindari, Ini 5 Hal yang Bisa Membatalkan Puasa, Salah Satunya Muntah dengan Sengaja

Beberapa media Israel mengutip sumber-sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa dinas mata-mata Israel berhasil melakukan operasi sabotase di situs Natanz, yang berpotensi menghentikan pekerjaan pengayaan di sana selama berbulan-bulan.

Situs pengayaan uranium Natanz, sebagian besar berada di bawah tanah, adalah salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang dipantau oleh inspektur Badan Energi Atom Internasional, pengawas nuklir PBB.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan insiden Natanz dapat dianggap sebagai tindakan terhadap kemanusiaan.

Seorang pejabat senior AS mengatakan Washington tidak terlibat dalam insiden itu.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: China Daily


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah