Pengungsi Rohingya Pertama Tiba di Pulau Bangladesh yang Terisolasi dan Rawan Bencana

- 4 Desember 2020, 21:20 WIB
Ilustrasi pengungsi muslim rohingya di bangladesh
Ilustrasi pengungsi muslim rohingya di bangladesh /Gerd Altmann/Pixabay
 
ZONABANTEN.com - Para pengungsi Rohingya akhirnya tiba di pulau Bhasan Char yang terisolasi dan rawan bencana di Negara Bangladesh.
 
 
Pihak berwenang di Bangladesh pada hari Jumat mengirim kelompok pertama pengungsi Rohingya dengan sekitar 1.500 orang.

Para pengungsi muslim Rohingya tetap dikirim ke pulau Bhasan Char yang terpencil dan rawan bencana, meskipun ada seruan dari kelompok hak asasi manusia untuk menghentikan proses tersebut.

1.642 pengungsi menaiki tujuh kapal angkatan laut Bangladesh di pelabuhan Chittagong untuk perjalanan ke Bhashan Char.
 
Baca Juga: KPN: Golput Tinggi, Zona Merah Covid-19 di Tangsel Dinilai Dapat Menguntungkan Ben-Pilar

Setelah sekitar tiga jam perjalanan, para pengungsi Rohingya tiba di pulau Bashan Char yang dulunya sering terendam oleh hujan monsun.

namun pemerintah Bangladesh mengklaim sekarang terdapat tanggul pelindung banjir, rumah, rumah sakit, dan masjid yang dibangun dengan biaya lebih dari 112 juta dollar oleh angkatan laut Bangladesh.

Pulau Bhasan Char terletak 21 mil atau 34 kilometer dari daratan, pulau tersebut ditemukan sekitar 20 tahun yang lalu dan tidak pernah dihuni.
 
Baca Juga: 7 Manfaat Kesehatan Luar Biasa dari Keju Parmesan, Salah Satunya Bisa Mencegah Kanker Hati

"Para pengungsi diberi nasi, telur, dan ayam untuk makan siang setelah suhu tubuh mereka diukur oleh petugas kesehatan sebagai tindakan pencegahan virus corona," kata seorang wartawan Bangladesh yang ikut dalam perjalanan.

Sebelum naik ke kapal, mereka juga diberi masker untuk melindungi diri dari COVID-19.

Fasilitas di pulau Bhasan Char dibangun untuk dapat menampung 100.000 orang.

Hanya dapat menampung sebagian kecil dari jutaan Muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari gelombang penganiayaan kejam di Negara Myanmar.
 
Baca Juga: Puluhan Ribu Keluarga Muslim Rohingya Pindah ke Pulau Terpencil Rawan Badai di Bangladesh

Kebanyakan dari mereka saat ini tinggal di kamp pengungsian yang padat dan jorok di distrik Cox's Bazar.

Direktur pembangunan infrastruktur di Bhashan Char, Komodor Abdullah Al Mamun Chowdhury, mengatakan kepada wartawan di pulau itu bahwa masyarakat internasional tidak perlu khawatir tentang keselamatan para pengungsi.

Dia berharap PBB dan lainnya percaya dan yakin bahwa pemerintah Bangladesh memiliki kontrol secara keseluruhan terhadap pulau Bhasar Char.

namun saat ditanya kapan hal itu terjadi, dia menjawab bahwa pemerintah sedang mengerjakannya.

Pada hari Kamis kemarin, diketahui sebanyak 11 bus penumpang yang membawa pengungsi meninggalkan Cox's Bazar menuju ke pulau terpencil Bhasar Char.
 
Baca Juga: Update Corona di Jawa Barat Jumat 4 Desember 2020, Masih Tinggi 992 Positif Covid 19 Hari Ini

Mereka berkemah terlebih dahulu selama semalam di gedung sekolah di tenggara kota Chittagong.

Pihak berwenang di Cox's Bazar tidak mengatakan bagaimana para pengungsi dipilih untuk direlokasi.

diketahui sekitar 700.000 warga etnis Rohingya melarikan diri ke kamp-kamp di Cox's Bazar setelah pada bulan Agustus 2017, militer di Myanmar mulai melakukan tindakan represif.

mayoritas anggota militer yang beragama Buddha memulai tindakan keras terhadap kelompok Muslim tersebut menyusul serangan oleh pemberontak.

Tindakan keras itu termasuk pemerkosaan, pembunuhan, dan pembakaran ribuan rumah.

Kekejaman yang terjadi di Myanmar disebut pembersihan etnis oleh kelompok hak asasi global dan PBB.
 
Baca Juga: Tahun 2021, Usaha-usaha Ini Digadang Bakalan Terus Booming, Salah Satunya Online Schooling

Sejauh ini media asing belum diizinkan mengunjungi pulau Bhasan Char yang terisolasi tersebut.

Kontraktor atau pihak pengembang mengatakan, infrastrukturnya seperti kota modern, dengan rumah beton multi-keluarga, sekolah, taman bermain, dan jalan.

di dalamnya juga terdapat fasilitas tenaga surya, sistem pasokan air dan tempat perlindungan topan.

Badan bantuan internasional dan PBB dengan keras menentang relokasi sejak pertama kali diusulkan pada 2015.

PBB mengungkapkan ketakutan mereka bahwa badai besar dapat membanjiri pulau tersebut dan membahayakan ribuan nyawa.

PBB mengatakan sejauh ini mereka belum terlibat terkait pemindahan ribuan pengungsi Rohingya ke pulau Bhasan Char.
 
Baca Juga: 10 Video Musik yang Paling Banyak Ditonton di Korea, Versi YouTube, BTS Dynamite di Posisi Pertama

Amnesty International dan Human Rights Watch pada Kamis mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana relokasi.

Kamp pengungsian saat ini di dekat kota Cox’s Bazar penuh sesak dan tidak higienis.

Penyakit dan kejahatan terorganisir merajalela. Pendidikan terbatas dan pengungsi tidak diperbolehkan bekerja.

Tetap saja, sebagian besar orang Rohingya tidak mau kembali ke Myanmar karena masalah keamanan.

Pejabat pemerintah tidak memperkirakan berapa banyak pengungsi yang bersedia direlokasi ke pulau tersebut.

Perdana Menteri Sheikh Hasina telah berulang kali memberi tahu PBB dan mitra internasional lainnya bahwa pemerintahannya akan berkonsultasi dengan mereka sebelum membuat keputusan akhir tentang relokasi.
 
Baca Juga: Merasa Difitnah Soal Kasus Ekspor Benih Lobster, Ali Mochtar Ngabalin Laporkan Pengamat ke Polisi

Perdana Menteri juga mengatakan bahwa tidak ada pengungsi yang akan dipaksa untuk pindah.

Bangladesh berusaha mengirim pengungsi kembali ke Myanmar di bawah kerangka kerja bilateral November lalu, tetapi tidak ada yang mau pergi.

Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar, ini membuat mereka tidak memiliki kewarganegaraan, dan terus menghadapi bentuk diskriminasi lain yang disetujui negara Myanmar.

Investigasi yang diinisiasi PBB pada tahun 2018 merekomendasikan penuntutan komandan militer Myanmar atas tuduhan genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan atas kekerasan terhadap Rohingya.

Myanmar membela diri di Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda, setelah negara Afrika Barat, Gambia, mengajukan penuntutan kasus yang didukung oleh Organisasi Kerja sama Islam (OKI), Kanada, dan Belanda atas tindakan kekerasan tersebut.

***

Editor: Bondan

Sumber: AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x