Aturan persajakan :
- Guru gatra : jumlah kalimat tiap bait 5 kalimat;
- Guru wilangan : jumlah suku kata pada tiap larik yaitu 7, 10, 12, 8, 8 kalimat;
- Guru lagu : jatuhnya vokal terakhir pada tiap larik yaitu u, u, i, u, o
- Dhandanggula
Dhandanggula terdiri dari kata ‘dhang dhang’ atau mengharapkan, namun ada pula yang mengatakan berasal dari kata ‘gegadhangan’ yang memiliki arti ‘cita-cita’. Kemudian kata gula memiliki arti rasa manis, atau keindahan dan kebahagiaan.
Tembang macapat Dhandanggula ini menyuratkan sebuah makna tentang ‘harapan pada sesuatu yang manis atau indah’, yaitu keadaan manusia yang tengah menikmati masa hidupnya.
Dhandanggula digunakan sebagai sarana membuka berbagai ajaran kebaikan serta cinta dan kebahagiaan.
Aturan persajakan :
- Guru gatra : jumlah kalimat tiap bait 10 kalimat;
- Guru wilangan : jumlah suku kata pada tiap larik yaitu 10, 10, 8, 7 ,9, 7, 6, 8, 12, 7 kalimat;
- Guru lagu : jatuhnya vokal terakhir pada tiap lari yaitu i, a, e, u, i, a, u, a, i, a
Baca Juga: Cara Mengatasi Darah Tinggi dengan Minuman Herbal Sederhana Berikut Ini!
- Durma
Tembang macapat Durma melambangkan sifat-sifat angkara murka, yaitu amarah, berontak, dan nafsu.
Tembang ini mewakili gambaran tentang watak manusia yang sombong, angkuh, serakah, suka mengumbar hawa nafsu, egois, dan semena-mena terhadap sesamanya.
Di dalam istilah Jawa keadaan semacam ini disebut juga dengan munduring tata krama (durma), yaitu hilangnya tata krama.
Tembang Durma berisi nasehat untuk senantiasa Eling lan Waspodo yaitu berhati-hati dan waspada dalam meniti sebuah kehidupan.