Waspada! Ini Dampak Buruk Makanan Cepat Saji bagi Kesehatan

9 Januari 2021, 14:15 WIB
Ilustrasi makanan cepat saji. //Pixabay//niekverlaan

ZONABANTEN.com - Waspada! Ini Dampak Buruk Makanan Cepat Saji bagi Kesehatan

Seperti diketahui, makanan cepat saji merupakan cara praktis bagi orang yang tidak bisa memasak dan tidak ingin masak, sehingga bisa langsung membeli dan mengonsumsinya.

Namun hal tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah pada organ jantung, paru-paru, hingga tulang.

Menurut analisis data Food Institute dari Biro Statistik Tenaga Kerja, kaum milenial saja menghabiskan 45 persen dari anggaran makanan mereka untuk makan di luar.

Baca Juga: Terungkap! Ternyata Ini Alasan Wanita Suka Berondong, Salah Satunya Bikin Aura Awet Muda Terpancar

Dibandingkan dengan 40 tahun lalu, rata-rata keluarga di Amerika sekarang menghabiskan setengah anggaran makanan mereka untuk makanan restoran.

Pada tahun 1977, hanya di bawah 38 persen dari anggaran makanan keluarga dihabiskan untuk makan di luar rumah.

Meskipun sesekali makan makanan cepat saji tidak ada salahnya, kebiasaan makan di luar bisa berdampak buruk pada kesehatan.

Baca Juga: Mudah Banget! Ini Tips Mudah Dapatkan Token PLN Gratis, Via WA, Situs PLN dan PLN Mobile

1. Efek pada sistem pencernaan dan kardiovaskular

Kebanyakan makanan cepat saji, termasuk minuman dan makanan pendamping, sarat dengan karbohidrat dengan sedikit atau tanpa serat.

Ketika sistem pencernaan memecah makanan ini, karbohidrat dilepaskan sebagai glukosa (gula) ke dalam aliran darah. Akibatnya, gula darah akan meningkat.

Baca Juga: Elon Musk Melampaui Jeff Bezos dan Menjadi Orang Terkaya di Dunia

Pancreas akan merespons lonjakan glukosa dengan melepaskan insulin.

Insulin mengangkut gula ke seluruh tubuh ke sel-sel yang membutuhkannya sebagai energi. Ketika tubuh menggunakan atau menyimpan gula, gula darah kembali normal.

Artikel ini sebelumnya telah dimuat di ringtimesbali.com dengan judul, Dampak Buruk Makanan Cepat Saji bagi Kesehatan Jantung hingga Tulang

Baca Juga: Belum Keluar Zona Merah, Wali Kota Tangsel Tambah Rumah Sakit Rujukan Covid-19

Proses gula darah ini sangat diatur oleh tubuh, dan selama seseorang tersebut sehat, organ dapat menangani lonjakan gula ini dengan baik.

Akan tetapi, sering makan karbohidrat dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan lonjakan berulang dalam gula darah.

Seiring waktu, lonjakan insulin ini dapat menyebabkan respons insulin normal tubuh melemah. Hal ini dapat meningkatkan risiko resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan penambahan berat badan.

Baca Juga: Asalkan Punya Usaha, Anda Berhak Mendapatkan Bantuan Modal Kewirausahaan Sosial KPM PKH

2. Gula dan lemak

Banyak makanan cepat saji telah menambahkan gula. Tidak hanya itu, terkadanag juga mengandung kalori ekstra, tetapi juga sedikit nutrisi.

The American Heart Association (AHA) menyarankan hanya makan 100 hingga 150 kalori dan gula tambahan per hari. Hal tersebut sama artinya dengan sekitar enam sampai sembilan sendok teh.

Banyak minuman cepat saji saja mengandung lebih dari 12 ons. Satu kaleng soda 12 ons mengandung 8 sendok teh gula. Hal itu sama dengan 140 kalori dan 39 gram gula.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta Sabtu 9 Januari 2021, Gawat! Angga Lihat Andin saat Kunjungi Makam Roy 

Lemak trans adalah lemak yang diproduksi selama pemrosesan makanan. Lemak tersebut biasanya ditemukan pada pai goring, kue kering, adonan pizza, biskuit, dan kue.

Tidak ada jumlah lemak trans yang baik atau sehat. Makan-makanan yang mengandungnya dapat meningkatkan LDL (kolesterol jahat), menurunkan HDL (kolesterol baik), dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Restoran juga dapat memperparah masalah penghitungan kalori. Dalam penelitian, orang yang makan di restoran yang mereka anggap sehat masih meremehkan jumlah kalori dalam makanan mereka sebesar 20 persen.

Baca Juga: Khawatir WhatsApp Selewengkan Data, Signal dan Telegram Jadi Solusi Pesan Instan

3. Sodium

Kombinasi lemak, gula, dan banyak natrium (garam) bisa membuat makanan cepat saji lebih enak bagi sebagian orang. Namun, diet tinggi natrium dapat menyebabkan retensi air.

Hal tersebut dapat menyebabkan kemungkinan merasa bengkak dan kembung setelah makan makanan cepat saji.

Pola makan tinggi natrium juga berbahaya bagi penderita kondisi tekanan darah.

Baca Juga: 6 Jenis Usaha Ini Akan Peroleh Modal Kewirausahaan Sosial KPM PKH Rp3,5 Juta, Semoga Anda Termasuk

Sodium dapat meningkatkan tekanan darah dan memberi tekanan pada jantung dan sistem kardiovaskular.

Menurut penelitian, sekitar 90 persen orang dewasa meremehkan berapa banyak natrium dalam makanan cepat saji.

Studi tersebut mensurvei 993 orang dewasa dan menemukan bahwa enam kali lebih rendah dari jumlah sebenarnya (1.292 miligram). Ini berarti perkiraan natrium turun lebih dari 1.000 mg.

Perlu diingat bahwa The American Heart Association (AHA) merekomendasikan orang dewasa untuk makan tidak lebih dari 2.300 miligram natrium per hari.

Baca Juga: Sambut Tahun Baru 2021, Lihat 5 Resolusi Sederhana yang Anti Gagal

4. Efek pada sistem pernafasan

Kalori berlebih dari makanan cepat saji dapat menyebabkan penambahan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan obesitas.

Obesitas meningkatkan risiko masalah pernapasan, termasuk asmadan sesak napas. Berat badan ekstra dapat memberi tekanan pada jantung dan paru-paru.

Gejala mungkin muncul bahkan dengan sedikit pengerahan tenaga seperti mengalami kesulitan bernapas saat berjalan, menaiki tangga, atau berolahraga.

Bagi anak-anak, risiko masalah pernapasan sangat jelas. Satu penelitian menemukan bahwa anak-anak yang makan-makanan cepat saji setidaknya tiga kali seminggu lebih mungkin risiko mengalami asma.

Baca Juga: Ditanya Ketersediaan Lahan Pemakaman Covid-19, Walikota Tangsel: Mau?

5. Efek pada sistem saraf pusat

Makanan cepat saji dapat memuaskan rasa lapar dalam jangka pendek, tetapi hasil jangka panjang kurang positif.

Orang yang makan-makanan cepat saji dan kue olahan 51 persen lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan orang yang tidak makan-makanan tersebut atau makan sangat sedikit.

Baca Juga: Joe Biden: Hari Tergelap Dalam Sejarah Amerika Serikat, Pendemo Pro-Trump Diperlakukan Secara Lunak

6. Efek pada sistem reproduksi

Kandungan dalam junk food dan fast food mungkin berdampak pada kesuburan seseorang. Satu penelitian menemukan bahwa makanan olahan mengandung ftalat.

Phthalates atau ftalat adalah bahan kimia yang dapat mengganggu cara kerja hormon dalam tubuh. Paparan bahan kimia tingkat tinggi ini dapat menyebabkan masalah reproduksi, termasuk cacat lahir.

Baca Juga: Bikin Penasaran! Cek dtks.kemensos.go.id Supaya Dapat BST Kemensos Rp300 Ribu Tahun 2021

7. Efek pada sistem integumen (kulit, rambut, kuku)

Makanan yang dimakan dapat memengaruhi penampilan kulit, tetapi mungkin bukan makanan yang dicurigai.

Cokelat dan makanan berminyak seperti pizza menjadi penyebab munculnya jerawat, tetapi menurut Mayo Clinic, hal itu disebabkan karean karbohidrat.

Makanan kaya karbohidrat menyebabkan lonjakan gula darah. Lonjakan kadar gula darah yang tiba-tiba ini dapat memicu timbulnya jerawat.

Menurut penelitian, anak-anak dan remaja yang makan makanan cepat saji setidaknya tiga kali seminggu juga lebih mungkin berisiko eksim. Eksim adalah kondisi kulit yang menyebabkan iritasi pada kulit yang meradang dan gatal.

Baca Juga: Jack Ma Bukan Satu-Satunya, Sederet Miliarder China Ini Juga Pernah Hilang dari Muka Publik

8. Efek pada sistem kerangka (tulang)

Karbohidrat dan gula dalam makanan cepat saji dan makanan olahan dapat meningkatkan asam di mulut Anda. Asam ini bisa merusak enamel gigi. Ketika enamel gigi menghilang, bakteri bisa bertahan, dan gigi berlubang bisa terjadi.

Obesitas juga dapat menyebabkan komplikasi pada kepadatan tulang dan massa otot. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih besar untuk terjatuh dan patah tulang.

Penting untuk terus berolahraga untuk membangun otot yang menopang tulang dan menjaga pola makan yang sehat untuk meminimalkan keropos tulang.

Baca Juga: Buntut Kekerasan di Capiton Hill, Akun Twitter Donald Trump Ditangguhkan Permanen

9. Pengaruh makanan cepat saji pada masyarakat

Lebih dari dua dari tiga orang dewasa di Amerikan Serikat dianggap kelebihan berat badan atau obesitas. Lebih dari sepertiga anak usia 6 hingga 19 tahun juga dianggap kelebihan berat badan atau obesitas.

Pertumbuhan fast food di Amerika tampaknya bertepatan dengan tumbuhnya obesitas di Amerika Serikat.

The Obesity Action Coalition (OAC) melaporkan bahwa jumlah restoran cepat saji di Amerika telah dua kali lipat sejak 1970. Jumlah orang Amerika obesitas juga memiliki lebih dari dua kali lipat.

Baca Juga: Presiden Jokowi Menerima Lima Nama Calon Kapolri, Usulan dari Kompolnas untuk Gantikan Idham Azis 

Satu  penelitian menemukan bahwa jumlah kalori, lemak, dan natrium dalam makanan cepat saji sebagian besar tetap tidak berubah.*** (Muhammad Khusaini/Ringtimes Bali)

Editor: Yuliansyah

Sumber: Ringtimes Bali

Tags

Terkini

Terpopuler