Memiliki Letak Strategis, Bamsoet Dorong Pemerintah Perhatikan Krakatau International Port

- 26 Mei 2021, 12:23 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) /jurnalmedan.com/Instagram

 

ZONABANTEN.com -  Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan pengembangan Krakatau International Port (KIP) sebagai International Hub Port, sekaligus pelabuhan curah kering terbesar dan terdalam di Indonesia.

Krakatau International Port (KIP) yang memiliki letak strategis di Selat Sunda, akan diresmikan pada Juli 2021 mendatang.

"KIP berlokasi pada Golden Area of Sunda Strait. Terhubung dengan Jalur 21st Century Maritime Silk, garis komunikasi laut (Sea Lane of Communication/SloC), dan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I," ujar Bamsoet usai menerima direksi PT Krakatau Bandar Samudera (KBS), di Jakarta, Senin 24 Mei 2021 mengutip dari laman MPR RI.

Baca Juga: Satgas Minta Partisipasi Aktif Masyarakat Dalam Implementasi Penanganan Covid-19

Menurut Bamsoet, keberadaan KIP sangat penting dalam mendukung program National Logistic Ecosystem yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Instruksi Presiden Nomor 5/2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional.

Layanan logistik yang lebih efektif serta efisien sangat penting demi percepatan dan pemerataan ekonomi bangsa," katanya.

Bamsoet memandang KIP merupakan aset sekaligus peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perannya dalam perdagangan global. Khususnya dalam memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah sebagai penunjang ekspor.

Dijelaskan oleh Bamsoe, KIP memiliki 17 dermaga, yang terintegrasi dengan jasa logistik dan pergudangan terpadu atau integrated warehouse (IWH) terbesar se-Asia Tenggara, selain itu, KIP juga dilengkapi teknologi bongkar muat dan sistem informasi baru dengan pelayanan front-end yang diintegrasikan oleh sistem informasi SAP 4 HANA and POCIS.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total di Indonesia, Ini Waktu yang Tepat untuk Melihat Sesuai Daerah

"Didukung pula dengna implementasi teknologi atau Internet of Things (IoT) mutakhir, sehingga mampu mengakomodir berbagai jenis kapal mulai dari 10.000 – 200.000 DWT (super capsize vessel)," jelas Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, dengan adanya Bagan Pemisah Alur Laut (Traffic Separation Scheme/TSS) yang diberlakukan di Selat Sunda dan Lombok pada 1 Juli 2020, menjadikan trafik di Selat Sunda akan meningkat.

Sehingga bisa menjadi jalur alternatif perdagangan ke Asia Barat dan Eropa yang selama ini bertumpu pada Selat Malaka.

"Pada tahun lalu, selain melayani ekspor besi dan baja, pelabuhan tersebut juga melayani ekspor kargo mineral komoditas batubara, kokas, bijih besi, dan GGBFS (ground granulated blast furnace slag) ke China, India, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Vietnam. Serta diperkuat dengan 20 jalur domestik untuk pengiriman kargo mineral maupun pangan di seluruh wilayah Indonesia," pungkas Bamsoet. ***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: MPR RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah