'Beriman' Sebuah Kata Yang Sering Terlupakan - Oleh : Jimmy Hitipeuw*

- 10 Mei 2020, 18:44 WIB
Ilustrasi Tempat Ibadah
Ilustrasi Tempat Ibadah //PIXABAY

Artikel yang saya tulis ini, secara lebih luas, ditujukan agar kita melihat apakah kita memang benar beriman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Idealnya, dalam kehidupan kehidupan beragama yang dilindungi oleh negara dan konstitusi, bangsa Indonesia  dapat hidup tenteram dan damai di berbagai aspek kehidupan, baik dalam berpolitik, berekspresi menyampaikan berbagai pandangan maupun dalam beragama dan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya.

Kenyataan yang terjadi, seperti kita lihat sendiri belakangan, kehidupan berdemokrasi di negeri ini justru tercoreng oleh sikap yang justru tidak menggambarkan kehidupan beriman itu sendiri.  Kebebasan demokrasi yang dilandasi iman, apapun agama yang dianut umatnya, seharusnya bukan terletak pada kebebasan yang dapat diartikan sebebas-bebasnya tanpa batas aturan.

Baca Juga: Preman Pemalak Kendaraan Ancam Polisi,Pelaku Diamankan di Deli Serdang

Kebebasan sejati adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkan kebebasan itu berdasarkan undang-undang yang berlaku dan ajaran agama sehingga tidak timbul tindak anarki apalagi sampai kerusuhan yang ditunggangi dengan kedok agama untuk menghalalkan kepentingan pribadi maupun kelompok.

Baca Juga: Sempat Viral Berpenghasilan Minim, Abah Tono Ternyata Punya Rumah Tingkat dan Motor

Sikap pengingkaran kehidupan beriman ini bahkan tidak tanggung-tanggung dilakukan oleh mereka yang dikenal luas di kalangan publik sebagai tokoh yang taat beribadah. Sebagai suatu contoh, kita bisa melihat dari sejumlah pejabat yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mulai dari pejabat tingkat daerah hingga pemerintah pusat.

Skenario lebih buruknya adalah dalih dari beberapa orang yang masuk kategori sesat logika (logical fallacy) saat mereka berusaha membunuh aparat keamanan termasuk pejabat negara maupun anggota masyarakat lain dimana mereka anggap itu sebagai kebenaran dalam ajaran agama mereka .

Permasalahan pengingkaran iman ini bahkan terlihat jelas dalam kehidupan berdemokrasi. Perselisihan antara dua kubu pendukung capres dari pilpres tahun ini seakan tidak pernah berhenti walaupun pilpres itu sendiri telah berakhir.

Ada kubu yang sempat secara terbuka mengultuskan memilih salah satu capres sebagai suatu tindakan iman untuk menjerat massa pendukung seakan memilih capres yang tidak diusungnya itu adalah tindakan yang bertentangan dengan iman walaupun faktanya capres maupun cawapres dari kedua kubu semuanya seiman.

Baca Juga: Warganet Sedih, McDonald's Sarinah Thamrin Akhirnya Tutup Gerai

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x