'Beriman' Sebuah Kata Yang Sering Terlupakan - Oleh : Jimmy Hitipeuw*

- 10 Mei 2020, 18:44 WIB
Ilustrasi Tempat Ibadah
Ilustrasi Tempat Ibadah //PIXABAY

Konflik bernuansa SARA masih terus berlanjut dengan saling adu fitnah, caci-maki hingga penganiayaan atau bahkan penculikan akibat tidak dapat menerima kekalahan suara dari kubunya sendiri atau sebaliknya; ada yang menjadi sangat arogan karena kubu yang didukungnya memenangkan suara terbanyak.

Hak menyampaikan pendapat di publik baik sikap penentangan terhadap kebijakan pemerintah maupun pejabat legislatif seperti yang dilakukan di depan Gedung DPR/MPR Jakarta belakangan sepenuhnya dilindungi oleh undang-undang dan negara. Namun, kita harus sadar dan jujur berkata apakah aksi unjuk rasa itu tidak ditunggangi oleh kepentingan kelompok tertentu maupun pribadi.

Apalagi kalau aksi unjuk rasa itu justru mencederai kepentingan masyarakat luas lewat aksi anarki maupun berbagai bentuk kekerasan yang justru bertolak belakang dari semangat demokrasi dimana fakta terburuknya adalah sama sekali tidak mencerminkan sikap beriman.

Baca Juga: Youtuber Korea Medok Jawa Unggah Kisah Sedih ABK Indonesia Di Kapal Tiongkok

Tanpa menyebut secara detail aksi penculikan dan pemukulan yang dilakukan oleh kelompok tertentu dalam suatu aksi demonstrasi itu, saya ingin mengajak kita semua melihat secara jernih permasalahan ini apakah wujud dari sikap beriman. Pertanyaan saya ini sepenuhnya membutuhkan kejujuran dan bukan debat kusir dengan dalil agama yang hanya ditujukan untuk menyesatkan umat akibat dimotori oleh kepentingan kelompok tertentu dan tujuan memecah belah bangsa.

Haruskah kita menyalahkan Tuhan hanya karena pemimpin yang kita dambakan tidak terpilih? Bukankah Tuhan terlalu sempurna untuk dipersalahkan?

Bukan berarti kita tidak menemukan hambatan atau permasalahan termasuk kekecewaan dan emosi negatif lainnya dengan kita beriman. Namun, dengan iman yang dimiliki, kita seharusnya punya jaminan bahwa kita tidak akan terkendali oleh masalah atau keadaan, melainkan tetap mampu memegang kendali dengan kondisi seburuk apapun. Dengan demikian, kita tetap dapat mengendalikan diri dan mencoba mencari perspektif positif dari setiap permasalahan.

Baca Juga: Perlu Ditiru ! 12 KK Di Banyumas Sukarela Mengembalikan Dana BLT

Pelajaran terbaik di sini adalah justru permasalahan demi permasalahan itu yang mendewasakan kita dalam kehidupan beriman. Kita tidak perlu larut dalam kekecewaan dan kekesalan mendalam apabila pemimpin yang kita dambakan tidak terpilih.

Ini termasuk kenyataan bahwa pemimpin yang terpilih itu hanya handal beretorika tanpa mampu kerja sesuai amanah yang diberikan. Dengan iman, sebaliknya kita dapat mensyukuri keadaan tersebut.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x