5 Puisi Karya Chairil Anwar Bertema Kemerdekaan, sebagai Wujud Nasionalisme ‘si Binatang Jalang’

- 16 Agustus 2022, 13:14 WIB
5 Puisi Karya Chairil Anwar Bertema Kemerdekaan.
5 Puisi Karya Chairil Anwar Bertema Kemerdekaan. /

ZONABANTEN.com – Chairil Anwar merupakan salah satu penyair legendaris Indonesia yang karya-karyanya terkenang hingga saat ini.

Penyair yang dijuluki ‘si Binatang Jalang’ tersebut telah menciptakan 96 karya termasuk 70 puisi semasa hidupnya.

Chairil Anwar banyak menuliskan puisi yang berhubungan dengan kehilangan, cinta, hingga pemberontakan diri.

Di samping itu, Chairil yang diketahui sebagai keponakan dari Sutan Sjahrir, kerap menuliskan puisi yang bertemakan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagai wujud nasionalismenya.

Baca Juga: Edarkan Sabu dan Ekstasi, Kasat Narkoba Karawang Ditangkap Bareskrim Polri

Berikut ini merupakan 5 puisi karya Chairil Anwar bertema kemerdekaan:

  1. Diponegoro

Di masa pembangunan ini

tuan hidup kembali

 

Dan bara kagum menjadi api

 

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

 

MAJU

 

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

 

Sekali berarti

Sudah itu mati.

 

MAJU

 

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

 

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditinda

 

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai.

 

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

 

Februari, 1943

Baca Juga: Ramuan Herbal yang Mampu Sehatkan Organ Ginjal, Jantung, Paru, Otak, dan Reproduksi

  1. Karawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

 

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan berdegap hati?

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami.

 

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

 

Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

 

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

 

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

 

Kenang-kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

menjaga Bung Hatta

menjaga Bung Sjahrir

 

Kami sekarang mayat

Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

 

Kenang, kenanglah kami

yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

 

 

1948

Baca Juga: Contoh Teks MC 17 Agustus Bebasan Banten atau Jawa Serang (Jaseng)

  1. Persetujuan dengan Bung Karno

Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu,

dipanggang di atas apimu, digarami lautmu

 

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut

 

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

 

1948

Baca Juga: Tips Efektif untuk Meredam Emosi

  1. Prajurit Jaga Malam

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian

ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu....

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

 

1948

Baca Juga: Kemenpora dan PSSI Terus Pikirkan Pembinaan Timnas U-16 Pasca Piala AFF U-16 2022

  1. Semangat

Kalau sampai waktuku

'Ku mau tak seorang 'kan merayu

Tidak juga kau

 

Tak perlu sedu sedan itu!

 

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

 

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang-menerjang

 

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

 

Hingga hilang pedih peri.

 

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi.

 

Maret, 1943

Baca Juga: 10 Pantun Bertema HUT ke-77 RI, Cocok Jadi Caption Foto di Medsos saat Hari Kemerdekaan

Itulah 5 puisi karya Chairil Anwar bertema kemerdekaan, sebagai wujud nasionalisme ‘si Binatang Jalang’.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Pamusuk Eneste


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah