Kemenkes Gunakan Prokes Akibat Varian Omicron tak Bergejala

- 16 Januari 2022, 21:56 WIB
Jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi angkat bicara mengenai rombongan keluarga Ashanty yang diduga positif Covid-19.
Jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi angkat bicara mengenai rombongan keluarga Ashanty yang diduga positif Covid-19. /Tangkap Layar/YouTube Hitz Infotainment/

ZONABANTEN.com – dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid selaku Ditektur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI menjelaskan dalam Webinar di Jakarta, Minggu 16 Januari 2022.

Dalam penjelasannya dalam Webinar Indonesian Congress Symposium on Combating COVID-19 Pandemic without Boundaries ini, ia menghimbau warga untuk menggunakan protocol Kesehatan (Prokes) akibat varian Omicron tak sebabkan penderita bergejala.   

"Kita tetap mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dikarenakan Omicron cenderung tidak bergejala," katanya dalam webinar tersebut.

Baca Juga: Titer Antibodi Meningkat Lawan Infeksi COVID-19 dengan Vaksin Booster

Ia mengatakan bukan hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh warga masyarakat dunia menghadapi tantangan dengan kehadiran  varian Omicron yang lebih cepat menular dibandingkan varian Delta, dengan cenderung tidak bergejala pada penderita COVID-19.

"Kita tahu gejala yang ditimbulkan cenderung tidak bergejala dan gejalanya sangat ringan, batuk, pilek yang akan bisa hilang dengan sendirinya," paparnya.

Kemenkes juga mengharapkan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan penguatan pengujian dan pelacakan kontak untuk segera mengidentifikasi secara lokal tentang ancaman terjadinya kluster ataupun lonjakan kasus COVID-19.

Selain itu, menurutnya, kegiatan pengurutan genom total(whole genom sequencing) dengan penguatan dan pelaksanaan sebagai pelacakan keberadaan berbagai varian virus penyebab COVID-19 dan dengan menentukan lokasi secara cepat bila terjadi kasus Omicron.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengestimasi bahwa puncak kasus Omicron akan terjadi pada awal Februari mendatang.

Baca Juga: Gaya Hidup Mewah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Pesta Bareng 150 Model dan Kapal Pesiar Rp7 T

Kondisi berdasarkan hasil pantauan pada pengalaman negara lain, di mana varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari, lebih cepat dari varian Delta.

"Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari," tambahnya.

Meski demikian, sebagian besar kasus yang terjadi diprakirakan akan bergejala ringan, sehingga pemerintah menyiapkan cara berbeda dengan penanganan varian Delta.

"Namun syaratnya kita semua harus disiplin. Saya ulangi, kita semua harus disiplin, dan kita semua harus kompak. Keberhasilan kita mengendalikan varian Omicron tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerja sama semua pihak, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan," sambil  menutup penjelasannya.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x