Mengenal Budaya Indonesia Melalui Tempe dan Asal Usulnya

- 22 Februari 2021, 13:16 WIB
Ilustrasi tempe.
Ilustrasi tempe. /Pixabay.com/Bintang_Galaxy.

ZONA BANTEN - Mungkin Anda pernah mendengar kisah ini, saat Presiden Soekarno pernah membakar semangat rakyat Indonesia, yaitu pentingnya menjadi bangsa yang kuat dan tidak mudah takut dengan kata-kata "janganlah menjadi bangsa mental tempe".

Bisa jadi yang dimaksud oleh Bung Karno adalah janganlah memiliki mental yang lemah, mental yang mudah diinjak-injak seperti tekstur tempe goreng yang mudah dikunyah di mulut.

Namun tak berarti proklamator kemerdekaan itu menganggap remeh makanan tempe. Dalam berbagai literatur yang ada, tempe merupakan salah satu makanan favorit Bung Karno.

Sejarah Munculnnya Olahan Berbahan Tempe

Jika melihat sejarahnya, Tempe sendiri memiliki sejarah panjang di Indonesia. Hampir semua daerah di tanah air mengenal olahan makanan yang berbahan tempe.

Berdasarkan buku History of Tempeh and Tempeh Products (1815-2011) yang diterbitkan oleh Soyinfo Centre pada 2011.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Pedagang Tempe Tahu di Tangsel Libur

Tempe dikenal pertama kali pada manuskrip Serat Centhini yang menceritakan pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645).

Lalu menurut temuan manuskrip itu dipercaya, tempe sudah hadir di tanah Jawa pada 1600an. Bahkan Kata tempe pun dipercaya merupakan istilah yang muncul secara original di Indonesia.

Bukan berawal dari kata tau atau tao seperti pada tauco, tauge, tahu atau takua, menurut Mary Astuti dalam History of the Development of Tempe, 1999. Juga disebutkan kemungkinan tempe saat itu dibuat dari kedelai hitam oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan di daerah Mataram yang berada di Jawa Tengah kini.

Sementara Denys Lombard dalam tulisannya Nusa Jawa Silang Budaya : Jaringan Asia mengatakan tempe berasal dari kata Nusantara tape yang merupakan fermentasi serta wadah tempat produk fermentasi itu disebut tempayan.

Sejarawan Ong Hok Ham sebagaimana dalam sebuah artikel di media menjelaskan, kemunculan tempe berhubungan erat dengan produksi tahu di Jawa. Tahu yang dibawa oleh orang Tiongkok ke Jawa sejak abad ke-17 kemudian dikenal dan juga mulai dikonsumsi oleh masyarakat.

Ong sendiri mengaitkan perkembangan pola memasak pangan Tiongkok di Jawa mengalami adaptasi karena pengaruh lahan ladang rumput luas yang terbatas.

Baca Juga: Sering Dianggap Receh! Peneliti Asing Sebut Tempe Baik untuk Diet dan Jaga Kesehatan Usus

Bahan baku masakan tiongkok berkisar pada hewan peliharaan rumah seperti ayam, bebek, babi dan lainnya yang memerlukan lahan rumput yang luas, sementara di Jawa saat itu saja sudah dinilai padat penduduknya.

Namun memasuki abad ke-19 menu hewani kemudian berubah menjadi tempe karena lahan untuk mengembangkan hewan peliharaan semakin menyusut.

Selain itu menurut Ong, kebijakan pengembangan perkebunan di masa kolonial juga mendesak jumlah hutan yang ada sehingga mempengaruhi kegiatan berburu dan beternak.

Bahkan kemudian akibat kebijakan tanam paksa yang diberlakukan membuat menu makanan penduduk menjadi semakin terbatas dan tempe menjadi salah satu yang diandalkan.

Seiring dengan penyebaran penduduk dari Jawa ke berbagai wilayah di Indonesia maka tempe pun ikut melanglangbuana ke berbagai wilyah di Indonesia. Namun di pusat perkembangan tempe itu sendiri, di Jawa, jenis makanan dari bahan kedelai itu mulai beragam.

Menjejak budaya Indonesia melalui tempe

Seperti menu jadah tempe yang dikenal dengan makanan khas Yogyakarta yang konon merupakan makanan kesukaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Menu ini memadukan jadah yang terbuat dari beras yang biasanya dikombinasikan dengan parutan kelapa yang diberi bumbu pedas, namun kini disandingkan dengan tempe yang direbus dalam kuah yang diberi gula merah dan dikenal dengan tempe bacem.

Menurut Syafarudin Murbawono dalam Monggo Mampir : Mengudap Rasa Secara Jogya, jadah tempe ini digagas oleh Sastrodinomo, seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta yang juga carik desa. Sastrodinimo yang pada kurun waktu 1927 secara rutin mengirimkan persembahan makanan bagi anggota keluarga kerajaan.

Baca Juga: Manfaat Tempe, Selain Sangat Baik bagi Usus, Ternyata juga Mampu Perbaiki Kesehatan Mental

Sampai pada suatu waktu dia diminta untuk mengirimkan kreasi makanan lain ke Keraton, kemudian dia bersama istrinya mengolah beras menjadi jadah dan menambah cita rasa dengan tempe bacem. "Fusion" yang dilakukan Sastrodinomo itu mendapat sambutan yang baik dari keluarga Keraton.

Selanjutnya dia membuka usaha makanan itu pada 1950 di kawasan Telaga Putri Kaliurang. Sekitar 15 tahun kemudian saat Sri Sultan Hamengkubuwono IX berkunjungan ke kawasan itu, singgah di warung milik Sastrodinomo dan mencicipi jadah tempe tersebut. Sejak itulah kemudian secara rutin Sultan HB IX membeli penganan itu dengan mengutus orang untuk membelinya.

Asal Mula Tempe Bongkrek

Tempe ini menurut sejarah berasal dari Banyumas, Jawa Tengah. Tempe bongkrek ini terbuat dari campuran kedelai dan ampas kelapa yang kemudian difermentasi, inilah yang membuat harganya lebih murah. Berdasarkan catatan tempe jenis ini dapat saja membuat orang yang mengkonsumsinya mengalami keracunan.

Bahkan dalam kurun waktu tahun abad ke-19 sampai awal-awal kemerdekaan cukup banyak catatan mengenai kasus keracunan tempe bongkrek hingga menyebabkan kematian dengan korban yang cukup banyak.

Pemerintah kemudian melarang produksi tempe jenis itu, namun karena memang proses pembuatan yang mudah dan harga yang murah maka kasus-kasus keracunan massal yang berujung kepada kematian masih terus terjadi hingga 1980an.

Baca Juga: Wujud Nyata Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Sediakan Air Bersih untuk NTT

Kemudian penelitian tentang pengembangan tempe sebagai pangan tak hanya dilakukan oleh peneliti asal Indonesia. Sejak lama peneliti dari Eropa dan berbagai belahan dunia lainnya sudah menelisik kandungan tempe.

Banyak kalangan peneliti yang memiliki kesimpulan tempe dianjurkan bagi mereka yang vegetarian karena kandungan di dalamnya yang memenuhi kebutuhan tubuh.

Ragam olahan tempe pun tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia khususnya pulau Jawa. Campuran bumbu dan rasa tentunya kemudian dipengaruhi oleh kearifan lokal di masing-masing daerah.

Bagi masyarakat Indonesia, tempe bisa mewakili rasa keindonesiaan, terlebih ketika tengah merantau di negeri orang perasaan itu semakin menguat.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x