Harga Kedelai Tinggi, Tempe Hilang di Pasaran, Kementan: 100 Hari Masa Tanam untuk Panen Kedelai

- 4 Januari 2021, 13:28 WIB
Harga kedelai melambung tinggi, pengrarin tempe mogok hingga tempe hilang di pasaran/ Perajin membuat tahu di Krapayak X, Margoagung, Seyegan, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu
Harga kedelai melambung tinggi, pengrarin tempe mogok hingga tempe hilang di pasaran/ Perajin membuat tahu di Krapayak X, Margoagung, Seyegan, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu /Andreas Fitri Atmoko/pras/Antara


ZONABANTEN.com - Aksi mogok produksi yang dilakukan perajin tahu dan tempe wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek) yang berlangsung sejak Kamis, 31 Desember 2020 hingga Minggu Kemarin karena dipicu naiknya harga kedelai menyebabkan tempe dan tahu hilang di pasaran.

Mengantisipasi hal tersebut, kementerian pertanian/ Kementan akan menyiapkan ketersediaan kedelai lokal guna menekan tingginya harga kedelai impor.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa pihaknya segera menyiapkan ketersediaan kedelai dari produksi lokal, sebagai respons atas melonjaknya harga kedelai di pasar dunia.

Harga kedelai saat ini melonjak hingga Rp9.300 per kilogram dari harga tiga bulan lalu yang masih di kisaran Rp6.000-Rp7.000 per kg, berdasarkan data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo).

"Ini menjadi pelajaran untuk kita semua sehingga kekuatan (produksi) lokal dan nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan (kedelai) itu," kata Syahrul usai menggelar rapat bersama Gakoptindo di Kantor Pusat Kementan Jakarta, Senin.

Baca Juga: Drone Bawah Laut China Operasi Mata-mata, Gubernur Sulsel Protes ke Pemerintah China

Syahrul menilai bahwa harga kedelai di pasar dunia yang melonjak ini merupakan bagian dari kontraksi global. Meningkatnya harga kedelai dipengaruhi dari negara produsen utama, yakni Amerika Serikat.

Kementerian Perdagangan mencatat bahwa kenaikan harga dikarenakan kenaikan permintaan konsumsi dari China, negara importir kedelai terbesar dunia.

Indonesia yang menjadi negara importir kedelai terbesar setelah China, pun turut merasakan dampak dari kurangnya pasokan komoditas tersebut.

Akibatnya, kenaikan harga kedelai itu menjadi beban bagi para perajin tahu dan tempe yang terpaksa harus meningkatkan harga jualnya.

Menyikapi hal tersebut, Syahrul menjelaskan bahwa Kementan telah berkoordinasi dengan integrator dan pengembang kedelai untuk menggenjot produksi dalam negeri.

Baca Juga: Sidang Praperadilan Habib Rizieq, Polisi Jaga Ketat PN Jaksel hingga Siapkan Baracuda

Ia mengatakan bahwa setidaknya dibutuhkan waktu 100 hari dalam satu kali masa tanam dan panen kedelai.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produsen tahu dan tempe, Syahrul menyebutkan bahwa diperlukan dua kali masa tanam.

"Ini kan membutuhkan 100 hari minimal kalau pertanaman. Dua kali 100 hari bisa kita sikapi secara bertahap sambil ada agenda seperti apa mempersiapkan ketersediaannya. Kita juga bekerja sama dengan kementerian lain," kata Syahrul.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x