Mengenal Pola Kerusuhan Mei 98 yang Berdampak pada Pemerkosaan Massal

13 Mei 2022, 17:18 WIB
Ilutrasi kerusuhan Mei 98 /666shaniy / Pixabay/

ZONABANTEN.com - Kerusuhan Mei 98 adalah peristiwa yang telah menjadi luka mendalam, bagi sejarah bangsa Indonesia.

Sudah 24 tahun peristiwa kerusuhan Mei 98 berlalu, tetapi sepertinya tragedi ini tidak akan pernah bisa dilupakan.

Sejumlah penjarahan, pengrusakan, hingga pemerkosaan massal terjadi, mewarnai peristiwa kerusuhan Mei 98 yang menargetkan etnis Tionghoa.

Kerusuhan Mei 98 sendiri terjadi selama tiga hari, di sepanjang 13 Mei 1998 hingga 15 Mei 1998, di berbagai wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Menolak Lupa: Korban Kerusuhan Mei 98 Mati Tak Wajar Ketika Ingin Bersaksi

Dari sekian banyak tragedi di sepanjang kerusuhan Mei 1998, pemerkosaan massal yang terjadi pada wanita etnis Tionghoa, menjadi salah satu tragedi yang paling serius.

Menurut Komnas Perempuan, tragedi pemerkosaan selama Kerusuhan Mei 98 sendiri, tak lepas dari peristiwa lain, yang sebelumnya telah terjadi.

Adapun peristiwa-peristiwa itu diantaranya pemilu 1997, penculikan aktivis, krisis ekonomi, sidang umum MPR-RI, unjuk rasa mahasiswa, hingga penembakan mahasiswa Trisakti.

Bisa dibilang pemerkosaan selama kerusuhan Mei 98, merupakan “dampak ikutan” dari ketidakstabilan aspek sosial, politik, ekonomi, keamanan, hingga kultur.

Baca Juga: Program Kampung dan Tangsel Terang Dianggap Wacana, GenTangsel: Faktanya Masih Jauh Dari Harapan

Tetapi, pemerkosaan massal selama kerusuhan Mei 98 tentu tidak terjadi secara tiba-tiba. Setidaknya ada beberapa pola yang mendahului tragedi-tragedi ini.

Berdasarkan temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 98 yang dirilis Komnas Perempuan, setidaknya ada beberapa pola yang mendahului.

Dalam temuan itu, didapati ciri bahwa umumnya kerusuhan didahului oleh dua elemen masyarakat, yaitu massa pasif dan kelompok provokator.

Massa pasif sendiri terdiri dari massa lokal, yaitu massa yang berada disekitar tempat kejadian, dan massa pendatang.

Baca Juga: Cara Daftar Bansos PKH dan BPNT 2022 Secara Online, Unduh Aplikasinya, Dapat Bantuan hingga Rp3 Juta Per Tahun

Massa pasif umumnya merupakan massa yang tidak memahami apapun, dan berada di lokasi demi mencari tahu atau menyaksikan kejadian.

Tetapi beberapa massa pasif kemudian menjadi massa aktif, setelah masuknya provokator yang sebagian besar bukan merupakan penduduk setempat.

Kelompok provokator yang kemudian menggerakan sejumlah massa aktif untuk melakukan pengrusakan awal, pembakaran, dan tindakan kriminal lainnya.

Tetapi beberapa provokator terkadang datang dan langsung melakukan tindakan kejahatan, sebelum akhirnya mengajak masyarakat yang lain untuk ikut.

Baca Juga: 3 LINK LIVE STREAMING Indonesia vs Filipina di SEA Games 2022, Nonton Siaran Langsung RCTI, iNews dan TVRI

Untuk kasus pemerkosaan massal, umumnya ditemukan di sekitar lokasi kerusuhan, yang mana kebanyakan terjadi di dalam rumah, di jalan, dan di depan tempat usaha.

Tim Gabungan Pencari Fakta juga mengungkapkan bahwa pemerkosaan umumnya berjenis gang rape, atau pemerkosaan secara beramai-ramai dalam waktu yang bersamaan.

Di beberapa kasus, korban pemerkosaan selama kerusuhan Mei 98, tidak hanya mengalami pemerkosaan, tetapi juga mengalami penganiayaan.

Tetapi ada pula korban yang tidak mengalami pemerkosaan, tetapi mengalami penganiayaan seksual dan pelecehan seksual.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Komnas Perempuan

Tags

Terkini

Terpopuler