Mengenal Lebih Dekat Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional dan Sosok Kritikus Cerdas

1 Maret 2022, 09:36 WIB
bapak pendidikan nasional, ki hajar dewantara sosok kritikus cerdas/ youtube Sherly Annavita Rahmi/ /

ZONABANTEN.com - “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Semboyan pendidikan yang dicetuskan oleh sosok istimewa dan bersahaja. Tidak lain yaitu bapak pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.

Jasanya dalam pendidikan mengantarkannya menjadi bapak pendidikan nasional. Pemikiran dan gagasannya menjadi inspirasi bagi penduduk pribumi pada masanya.

Sosok bapak pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soeryaningrat. Dari namanya ia bukanlah rakyat biasa, melainkan keturunan bangsawan atau priyayi.

Ki Hajar Dewantara bisa saja hidup dengan nyaman menikmati semua fasilitas yang dimilikinya. Namun, justru ia memutuskan keluar dari zona nyaman.

Baca Juga: Setelah SWIFT, AS akan Tambah Sanksi Baru untuk Rusia: Sanksi Kripto

Salah satu yang bisa dipelajari darinya adalah, keberanian dalam menyatakan bahwa benar adalah benar dan salah tetaplah salah.

Ia merupakan salah satu dari tokoh bangsa yang berani mengkritik pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Tidak peduli dengan latar belakangnya sebagai seorang bangsawan dan berpunya, berbagai kritik tajam ia lontarkan.

Hal tersebut ia lakukan tidak lain, karena ia benci melihat bangsanya diperlakukan semena-mena dengan tidak adil.

Baca Juga: Serangan Umum 1 Maret 1949: Strategi Indonesia Membungkam Klaim Palsu Kolonial Belanda

Salah satu kritiknya yang paling tajam yang masih diingat hingga hari ini adalah, saat ia menerbitkan sebuah tulisan yang artinya “Seandainya Aku seorang Belanda …”

Ia mengkritik dengan pedas, bagaimana Belanda merayakan satu abad kemerdekaannya dari penjajahan Perancis.

Namun, pada saat yang sama mereka tengah menjajah bangsa lain. Sebuah perayaan yang terlepas dari ketidakadilan, akan tetapi ketidakadilan pula yang mereka lakukan pada Negara lain.

Sekalipun hanya berupa tulisan, akan tetapi narasi yang disampaikan mampu menggemparkan pemimpin kolonial Belanda.

Salah satu tulisan yang ia tuliskan berbunyi, “Sungguh seandainya Saya adalah orang Belanda, maka Saya tidak akan pernah mau merayakan pesta peringatan seperti itu disini.

Baca Juga: 'Refired Not Retired', Tentukan Kehidupanmu di Masa Tua Nanti

Di Suatu negeri yang kita jajah. Berikan dahulu rakyat yang tertindas itu kemerdekaan, baru setelah itu kita memperingati kemerdekaan kita sendiri.”

Dampak keberaniannya melalui tulisan, membuatnya diasingkan di negeri Belanda hingga bertahun-tahun.

Ki Hajar Dewantara memilih untuk diasingkan, dari pada harus tunduk pada kekuasaan yang enuh ketidakadilan.

Dalam pengasingannya ia hidup apa adanya, ia juga bekerja untuk mencari tambahan biaya sebagaimana rakyat pada umumnya.

Keberhasilan Ki Hajar Dewantara berinvestasi nyata dalam mengupayakan pendidikan bagi Indonesia.

Baca Juga: Gawat! Presiden Ukraina Terancam Dibunuh Oleh “Wagner Group”, Tentara Bayaran Rusia yang Terlatih Khusus

Sepulangnya dari Belanda Ia membangun sebuah sekolah bernama Taman Siswa bagi rakyat Indonesia.

Hal tersebut membuat pemerintah Belanda gerah dengan ulahnya, berbagai cara dilakukan pemerintah agar Taman Siswa tidak beroperasi.

Meskipun demikian ia terus melakukan resistensi dengan melawan kebijakan dan aturan pemerintah Belanda yang menyusahkan bangsa Indonesia. Ia tetap pada pendiriannya, bahwa pendidikan yang layak adalah hak bagi rakyat.

Ki Hajar Dewantara pernah mendapatkan julukan radikal dari orang-orang Belanda, selain keberaniannya ia merupakan tokoh yang multitalenta.

Ia adalah seorang jurnalis ulung, namanya ada dalam berbagai media cetak pada masanya. Seperti, Budi Utomo, De Express, Kaoem Moeda, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Bansos PBI Maret 2022 Cair! Buruan Ambil dan Cek Nama Anda Disini Agar Bisa Mendapat Bantuannya

Ia terkenal sebagai jurnalis yang fokus pada kritik sosial politik yang tulisannya halus, rapi, akan tetapi tajam dan mengena.

Selama diasingkan di Belanda ia bahwa meneruskan profesinya sebagai jurnalis. Ia bahkan berhasil mendirikan pers nasional.

Ki Hajar Dewantara juga pernah berkiprah sebagai politikus yang perannya tidak bisa diabaikan.

Berawal dari menjadi aktivis dalam pergerakan Budi Utomo, hingga mendirikan sebuah partai politik.

Selain dalam bidang pendidikan, jurnalistik, dan politik. Ia juga seorang budayawan dan seniman.

Baca Juga: Ada Drama Baru Kim Jae Wook, Ini Daftar Drama Korea yang Siap Menemanimu di bulan Maret 2022

Dari latar belakangnya yang lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889, ia percaya bahwa kebudayaan Indonesia tidak kalah dengan kebudayaan Eropa.

Ia melakukan reformasi dalam pagelaran gamelan jawa, melalui tangan dan pemikiranya ia mengubah penampilan penabuh gamelan menjadi lebih modern dengan memakai jas, sepatu dan atribut lain layaknya orang Eropa.

Bahkan ia menyalin gending atau tembang jawa yang berjudul kinanti sandoeng, yang ditulis oleh Mangkunegara ke dalam notasi balok. Kemudian dikombinasikan dengan alat musik modern yaitu piano.

Sosok Ki Hajar Dewantara tidak hanya berperan besar dalam dunia pendidikan. Namun, juga mengajarkan tentang integritas, dan strategi dalam mencapai tujuan.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: YouTube Sherly Annavita Rahmi

Tags

Terkini

Terpopuler