Waspada! Ekstremnya Siklon Tropis Seroja Di Indonesia

19 Oktober 2021, 11:41 WIB
Ilustrasi cuaca buruk akibat dipicu Siklon Tropis Seroja /Pixabay/FeluxMittermeier/

ZONABANTEN.com – Siklon tropis seroja adalah siklon tropis yang terbentuk di selatan Nusa Tenggara Timur, Indonesia, pada 3 April 2021. Siklon tersebut menyebabkan banjir dan angin ribut di beberapa wilayah Nusa Tenggara, Indonesia dan Timor Leste.

Kondisi cuaca atau iklim ekstrem akan semakin kerap datang menghampiri hingga akhir abad ini bukan hanya disampaikan satu dua pihak saja.

Banyak pakar, ilmuwan, peneliti di Indonesia maupun dunia yang telah memperkirakan hal tersebut berdasarkan hitungan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam salah satu sesi Low Carbon Development Week-nya Bappenas mengatakan dampak pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca (GRK) sangat berkorelasi dengan kejadian bencana hidrometeorologi.

Semua menjadi ekstrem, mulai dari peningkatan curah hujan menjadi, penurunan curah hujan menjadi, suhu menjadi, cuaca menjadi. Kekeringan, banjir, badai, topan, kebakaran hutan dan lahan, longsor, gelombang panas, gelombang dingin, semua sangat bergantung pada peningkatan suhu global.

Baca Juga: Rilis Teaser Baru, 'Now We Are Breaking Up' Song Hye Kyo dan Jang Ki Yong Bertukar Emosi Mendalam

Itu adalah fakta dan sudah dibuktikan dampaknya yang tidak bersifat lokal saja, tetapi bisa regional hingga global. Yang terjadi pada Senin (5/4) dini hari, di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi pelajaran yang mengerikan dari siklon tropis yang menyambangi Indonesia. Tanah longsor dan banjir bandang yang merenggut nyawa terjadi justru saat peristiwa alam itu masih berupa bibit siklon tropis.

Sebelum Seroja, Tropical Cyclone Warning Center Jakarta (TCWC Jakarta) yang baru terbentuk 2008 mencatat adanya Siklon Tropis Durga berkecepatan maksimum 95 kilometer (km) per jam pada April di tahun tersebut yang ada di perairan Bengkulu, Banten, Lampung dan Jawa Barat. Itu siklon pertama yang diberi nama oleh pusat peringatan siklon tropis di Jakarta, dan bukan berarti sebelumnya tidak ada siklon-siklon lain yang menerjang wilayah Indonesia.

Baca Juga: Polynya, Lubang Besar di Kutub Utara yang Rentan Terhadap Pemanasan, Dapat Menjadi Oasis Bagi Kehidupan

Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas Pungky Sumadi melihat perubahan iklim yang

menyebabkan kekeringan hingga banjir berkepanjangan juga akan berdampak negatif memengaruhi kesejahteraan ­masyarakat, pekerjaan mereka, angka kemiskinan. Data lima tahun terakhir Bank Dunia setidaknya ada 100 juta angka kemiskinan ekstrem akibat bencana.

Nasi sudah menjadi bubur. Suhu Bumi sudah terlanjur naik 1,1 derajat Celsius, sementara jika berdasarkan analisis

IPCC, komitmen negara-negara para pihak yang meratifikasi Paris Agreement tampaknya belum cukup tangguh untuk menahan peningkatan suhu tidak melebihi 1,5 derajat Celsius di 2030.

Karenanya, Conference of Parties (COP) 26 yang UNFCCC laksanakan nanti pada 31 Oktober hingga 12 November 2021 di Glasgow, Inggris, tidak boleh kehilangan konteks hanya fokus berdebat urusan menurunkan emisi gas rumah kaca dan pendanaan saja.

Iklim sudah kepalang berubah, yang harus dipikirkan bersama adalah bagaimana cara manusia secepatnya selamat dari fenomena-fenomena alam dahsyat yang esok menghampiri.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler