Pembukaan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia yang telah melambat secara dramatis selama setahun terakhir itu seharusnya digunakan untuk menciptakan momentum baru ke dalam pemulihan global.
Rebound permintaan konsumen China akan memberikan dorongan bagi eksportir utama seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura, sementara berakhirnya pembatasan menawarkan bantuan kepada merek global dari Apple hingga Tesla yang mengalami gangguan berulang kali di bawah kebijakan nol COVID.
Pada saat yang sama, perubahan cepat China dari “nol Covid” membawa risiko yang signifikan.
Sementara Beijing telah berhenti menerbitkan statistik Covid19, lantaran rumah sakit di seluruh China telah dibanjiri orang sakit, bahkan kamar mayat dan krematorium dilaporkan sering kewalahan dengan meningkatnya jumlah jenazah.
Beberapa ahli medis juga memperkirakan akan adanya 2 juta kematian dalam beberapa bulan mendatang.
Dengan penyebaran virus yang cepat di antara populasi kolosal China, beberapa ahli kesehatan juga menyatakan keprihatinan tentang munculnya varian baru yang lebih berbahaya.
“Kecuali pembukaan yang sangat mengganggu ini, saya pikir pasar akan berkembang dengan baik,” menurut Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis
“Saya akan mengatakan begitu orang melihat ujung terowongan, jadi mungkin akhir Januari, akhir Tahun Baru China, saya berpendapat saat itulah pasar benar-benar akan membaca pemulihan ekonomi China yang cepat,” imbuh Garcia
“Hal lain yang harus diperhatikan adalah jika ada mutasi besar, dan mutasi bisa kurang mematikan tetapi bisa juga lebih mematikan, dan saya pikir jika yang terakhir terjadi, dan kita mulai melihat penutupan perbatasan lagi, itu akan menjadi traumatis bagi kepercayaan investor” pungkasnya.