Turki Ungkap Hasil Negosiasi Perdamaian Rusia-Ukraina, Invasi Akan Segera Berakhir?

- 21 Maret 2022, 15:37 WIB
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu (kiri) dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov (kanan)
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu (kiri) dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov (kanan) /Twitter @MevlutCavusoglu

ZONABANTEN.com – Baru-baru ini Turki mengungkap perihal hasil kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.

Negara Transkontinental itu mengungkapkan bahwa terdapat kesempatan bagi Rusia dan Ukraina untuk berdamai, meskipun tidak mudah.

Akan tetapi, Turki masih mempertahankan argumennya bahwa Rusia dan Ukraina telah membuat kemajuan dalam negosiasi untuk menghentikan perang.

Baca Juga: Rusia Tetapkan Batas Waktu Pukul 5 Pagi, Wakil Perdana Menteri Ukraina: Tidak Ada Penyerahan Diri

Sejak 24 Februari 2022 lalu, dikketahui bahwa pasukan Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin telah melakukan ‘operasi khusus’ untuk demiliterisasi Ukraina. Negara-negara Barat dan Ukraina menilai tindakan Putin adalah tindakan perang yang agresif.

Invasi Rusia di Ukraina berjalan sengit beberapa waktu silam. Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa perdamaian antara Rusia dan Ukraina cukup sulit dilakukan.

“Tentu saja bukan hal yang mudah untuk berdamai saat perang sedang berlangsung, sementara warga sipil terbunuh, tetapi kami ingin mengatakan bahwa momentum masih diperoleh,” ungkap Mevlut dalam komentar langsung di Antalya, Turki.

Baca Juga: Apa Itu Rudal Hipersonik dan Mengapa Rusia Menggunakannya?

Meski demikian, Mevlut tetap menekankan bahwa kedua negara tersebut akan berdamai.

“Kami melihat bahwa para pihak tersebut hampir mencapai kesepakatan,” tambahnya.

Turki mengungkapkan bahwa kedua negara tersebut telah berunding untuk mencapai kesepakatan damai. Namun, pihak Turki menolak untuk membocorkan hal tersebut.

Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin menyebutkan enam poin penting terkait perundingan damai Rusia-Ukraina, yakni netralitas Ukraina, pelucutan senjata dan jaminan keamanan (de-Nazifikasi), penghapusan hambatan penggunaan Bahasa Rusia di Ukraina, serta status republik yang memisahkan diri di wilayah Donbas dan status Krimera yang dianeksasi Rusia pada 2014 silam.

Negara-negara Barat dan Ukraina telah berulangkali menekankan bahwa Ukraina menolak referensi Rusia untuk neo-Nazi dalam kepemimpinan di negaranya.

Baca Juga: Perkembangan Konflik Rusia-Ukraina Mengalami Penurunan Tipis Harga Emas

Dalam sebuah diskusi negosiasi perdamaian, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy telah berkali-kali menyerukan perdamaian dan mendesak Rusia agar menyetujuinya.

Pemerintah Turki menanggapi usulan perdaiaman tersebut dengan menyediakan tempat pertemuan bagi pihak Rusia dan Ukraina.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga berulangkali menekankan tidak akan memutuskan hubungan kerjasama dengan Rusia ataupun Ukraina. Turki akan tetap mendukung perdamaian antara dua negara tersebut.***

Editor: Siti Fatimah Adri

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah