Bantu Kazakhstan, Rusia Kirim Pasukan Terjun Payung Atasi Kerusuhan

6 Januari 2022, 22:02 WIB
Pasukan Rusia di alun-alun utama di Almaty, Kazakhstan/The Guardian /

ZONABANTEN.com - Pasukan terjun payung Rusia tiba di Kazakhstan sebagai bagian dari misi perdamaian.

Aliansi militer yang dipimpin Rusia tersebut bertujuan membantu Presiden Kazakhstan mendapatkan kembali kendali atas negara itu.

Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama (CSTO).

Aliansi yang terdiri dari Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan dan dengan cepat merespon permintaan Tokayev.

Baca Juga: Gejala dan Penyebab Separation Anxiety Disorder Pada Anak, Kenali Sebelum Terjadi!

Permintaan tersebut dilakukan ketika bentrokan berlanjut antara pengunjuk rasa, polisi, dan tentara di Kazakhstan.

Kantor berita lokal mengutip juru bicara polisi di Kota Almaty, mengatakan puluhan orang tewas dalam serangan terhadap gedung-gedung pemerintah.

Otoritas kota Almaty mengatakan bahwa 353 polisi dan personel pasukan keamanan terluka dan 12 lannya tewas pada hari Kamis, 6 Januari 2022.

Pada Kamis pagi, tembakan dilepaskan saat pasukan memasuki alun-alun utama Almaty. Beberapa kendaraan lapis baja dan lusinan tentara pada Kamis pagi.

Baca Juga: Keganasan Omicron di Thailand Akibatkan Naik ke Level 4

 “Tembakan terdengar saat mereka mendekati kerumunan,” kata saksi mata kepada Reuters.

Televisi pemerintah Kazakhstan melaporkan bahwa Bank Nasional Kazakhstan telah menangguhkan semua lembaga keuangan.

Internet di negara ini sebagian besar mati serta jaringan telepon seluler juga dinonaktifkan.

Pada hari Rabu, 5 Januari 2022, ada laporan tentang bentrokan dan penembakan dengan kekerasan di Almaty dan kota-kota lain.

Baca Juga: Park Min Young dan Song Kang Membuat Kontak Mata di Weather Forecast People: Cruel Story of Office Romance

Beredar juga video yang belum diverifikasi menunjukkan adanya korban di antara para pengunjuk rasa.

Pada Rabu malam, Tokayev meminta CSTO untuk membantunya mendapatkan kembali kendali atas negaranya.

Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan aliansi itu akan mengirimkan pasukan untuk menstabilkan negara Asia tengah itu.

Tidak jelas berapa banyak pasukan yang akan dikirim CSTO atau berapa lama mereka akan tinggal di Kazakhstan.

Baca Juga: Sayang Bumi, Korea Selatan akan Larang Penggunaan Gelas Plastik di Semua Cafe Mulai April 2022

Anggota parlemen Rusia, Leonid Kalashnikov mengatakan kepada Interfax bahwa pasukan akan tinggal selama Presiden Kazakhstan percaya itu perlu. Dia mengatakan mereka akan terlibat dalam melindungi infrastruktur di negara itu.

Tokayev sendiri meminta bantuan kepada blok tersebut. Tokayev juga mengecam tindakan terorisme dan menuduh negara itu telah menjadi korban serangan oleh geng-geng yang terlatih pihak asing.

Pada hari Rabu, 5 Januari 2022, para demonstran mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan dilaporkan menyerbu bandara di ibukota Kazakhstan, Almaty.

“Almaty diserang, dihancurkan, dirusak, penduduk Almaty menjadi korban serangan teroris, bandit, oleh karena itu adalah tugas kita untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melindungi negara kita,” kata Tokayev dalam pidato televisi keduanya.

Baca Juga: Sah! Kementerian Kominfo Jadi Prioritas Auditorat Utama Keuangan Negara BPK III

Peristiwa Kazakhtan bermula pada saat semua mata tertuju pada kemungkinan intervensi Rusia di Ukraina.

Gambaran polisi yang dikuasai oleh pengunjuk rasa kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran di Moskow karena negara lain yang bertetangga dengan Rusia menyerah pada kerusuhan politik.

Kazakhstan adalah bagian dari persatuan ekonomi dengan Rusia dan kedua negara berbagi perbatasan yang panjang.

Protes dimulai di bagian barat negara itu pada akhir pekan setelah kenaikan tajam harga bahan bakar.

Baca Juga: Seorang Aktris Pemain Snowdrop Kim Mi Soo Dikabarkan Meninggal Dunia

Demonstrasi kemudian menyebar dengan cepat dan mengejutkan otoritas Kazakhstan dan pengamat internasional.

Protes telah membengkak di tengah ketidakpuasan yang lebih luas kepada Presiden Tokayev yang menjabat sejak 2019 dan Mantan Presiden, Nursultan Nazarbayev.

“Nazarbayev dan keluarganya telah memonopoli semua sektor, dari perbankan, jalan raya hingga gas. Protes ini tentang korupsi,” kata Zauresh Shekenova yang telah melakukan protes di Zhanaozen sejak Minggu, 2 Januari 2022.

"Semuanya dimulai dengan kenaikan harga gas tetapi penyebab sebenarnya dari protes adalah kondisi kehidupan masyarakat yang buruk, harga tinggi, pengangguran, korupsi” lanjut Shekenova.

Baca Juga: Resep Spaghetti Aglio E Olio ala Ina Garten, Wajib Dihidangkan!

Darkhan Sharipov, seorang aktivis dari gerakan masyarakat sipil ‘Wake Up’, Kazakhstan, mengatakan “Orang-orang muak dengan korupsi dan nepotisme, dan pihak berwenang tidak mendengarkan orang… Kami ingin Presiden Tokayev melakukan reformasi politik yang nyata, atau pergi pergi dan mengadakan pemilihan yang adil."

Lima negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah sebagian besar tanpa protes selama tiga dekade kemerdekaan mereka terkecuali Kirgistan. Negara tersebut telah beberapa kali mengalami revolusi.

Kazakhstan tidak pernah mengadakan pemilihan yang dinilai bebas dan adil oleh pengamat internasional.

Baca Juga: Takjub! Fosil Monster Laut Zaman Dinosaurus Sepanjang 17 Meter Berhasil Terungkap

Jelas ada ketidakpuasan yang meluas. Namun, pembersihan lapangan permainan politik selama bertahun-tahun menandakan tidak ada tokoh oposisi terkenal yang membuat gerakan protes dapat bersatu.

Akibatnya, demonstrasi sebagian besar berjalan tampak tanpa arah.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler