Pasien COVID-19 Memilki Kemungkinan Peningkatan Risiko Masalah Kesehatan Mental

- 17 Februari 2022, 16:44 WIB
Pasien COVID-19 Memilki Kemungkinan Peningkatan Risiko Masalah Kesehatan Mental
Pasien COVID-19 Memilki Kemungkinan Peningkatan Risiko Masalah Kesehatan Mental /Pixabay/orderortel

Data tidak menunjukkan bahwa sebagian besar pasien COVID-19 akan mengalami gejala kesehatan mental. Hanya antara 4,4 persen dan 5,6 persen dari mereka yang dalam penelitian ini menerima diagnosis depresi, kecemasan, atau stress dan gangguan penyesuaian.

"Untungnya ini bukan epidemi kecemasan dan depresi," ucap Harrison. "Tapi itu tidak sepele."

Baca Juga: Bukan Berkurang, AS Sebut Vladimir Putin Kembali Menambah 7.000 Tentara di Dekat Perbatasan Ukraina

Para peneliti juga menemukan bahwa pasien COVID-19 80 persen lebih mungkin mengembangkan masalah kognitif seperti kabut otak, kebingungan, dan pelupa daripada mereka yang tidak mengidap COVID-19. Mereka 34 persen lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan opioid, mungkin obat yang diresepkan untuk rasa sakit, dan 20 persen lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan penggunaan zat non-opioid termasuk alkoholisme.

Studi tersebut juga melaporkan, setelah COVID-19, orang-orang 55 persen lebih mungkin untuk meminum antidepresan yang diresepkan dan 65 persen lebih mungkin untuk menggunakan obat anti-kecemasan yang diresepkan daripada orang sezaman tanpa COVID-19.

Dalam studi juga telah ditemukan, secara keseluruhan, lebih dari 18 persen pasien COVID-19 menerima diagnosis atau resep untuk masalah neuropsikiatri pada tahun berikutnya, dibandingkan dengan kurang dari 12 persen dari kelompok non-COVID-19. Pasien COVID-19 60 persen lebih mungkin termasuk dalam kategori tersebut daripada orang yang tidak memiliki COVID-19.

Baca Juga: Link Net Dapat Sertifikasi 'Great Place to Work'

Studi ini menemukan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 lebih mungkin didiagnosis dengan masalah kesehatan mental daripada mereka yang memiliki infeksi virus corona yang kurang serius. Tetapi orang dengan infeksi awal ringan masih berisiko lebih besar daripada orang tanpa COVID-19.

"Beberapa orang selalu berpendapat bahwa 'Mungkin orang depresi karena mereka harus pergi ke rumah sakit dan mereka menghabiskan waktu seminggu di ICU'," ucap seorang penulis senior studi tersebut, Dr Ziyad al-Aly, Kepala Penelitian dan Pengembangan di Virginia. Louis Health Care System dan peneliti kesehatan masyarakat klinis di Universitas Washington di Louisiana. "Pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit karena COVID-19, risikonya lebih rendah tetapi pasti signifikan. Dan kebanyakan orang tidak perlu dirawat di rumah sakit, jadi itu benar-benar kelompok yang mewakili kebanyakan orang dengan COVID-19."

Tim juga membandingkan diagnosis kesehatan mental untuk orang yang dirawat di rumah sakit dengan mereka yang dirawat di rumah sakit karena alasan yang lain. "Apakah orang dirawat di rumah sakit karena serangan jantung atau kemoterapi atau kondisi lain apa pun, kelompok COVID-19 menunjukkan risiko yang lebih tinggi," ujar al-Aly.

Halaman:

Editor: Bunga Angeli

Sumber: straitstimes


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x