Namun cakupan vaksinasi di Indonesia yang terfokus di Jawa dan Bali bisa menimbulkan masalah di pulau-pulau lain dengan tingkat vaksinasi rendah.
Negara-negara Barat telah meningkatkan program booster untuk memerangi gelombang Omicron dan Indonesia mulai meluncurkan program booster bulan lalu tetapi sejauh ini hanya menginokulasi 1,9% dari populasi target.
Tiga studi baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat pada bulan Januari juga menemukan bahwa suntikan booster Pfizer efektif dalam mencegah penularan Omicron.
Dr. Nadia Wiweko, Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk vaksinasi Covid-19, mengatakan Indonesia berencana untuk memberikan booster vaksin AstraZeneca atau Pfizer kepada mereka yang disuntik ganda dengan Sinovac.
Baca Juga: Menurut Presiden RI, Jokowi, Kritik dan Saran dari Insan Pers Sangat Penting
Dr. Amin Soebandrio, direktur Institut Eijkman mengutip penelitian baru Kementerian Kesehatan yang didasarkan pada argumen Budiman bahwa orang Indonesia sudah memiliki kekebalan karena infeksi massal selama wabah Delta pada bulan Juli.
“Ditemukan 70% subjek uji yang tidak memiliki riwayat Covid-19 dan sudah divaksinasi memiliki tingkat antibodi. Sedangkan pada penyintas Covid-19 yang juga sudah divaksinasi lebih dari 90% memiliki antibodi yang dapat dideteksi,” ujar Amin Soebandrio.
“Berdasarkan data ini, saya kira masyarakat Indonesia tidak akan dirugikan karena divaksinasi Sinovac versus vaksin messenger-RNA, karena tingkat antibodinya sudah tinggi,” lanjutnya.
Ia menambahkan Omicron sudah menjadi varian dominan yang dilaporkan di Indonesia, terhitung lebih dari 90% kasus yang dilaporkan.
Baca Juga: Wadas Mencekam! Anak Gus Dur Alissa Wahid Singgung Ganjar Pranowo Hingga Kapolda Jawa Tengah