Penelitian tersebut dilakukan oleh Think Healthy Group dan para peneliti di Tufts University dan George Mason University, Amerika Serikat.
Adapun analisis terdiri dari tiga bagian, tinjauan pelingkupan kualitatif dari 21 studi dengan total 307 orang dewasa yang sehat.
Serta 327 orang dewasa yang berisiko terkena penyakit.
Tinjauan sistematis dari enam belas studi yang mengukur enam biomarker yang paling banyak dilaporkan terkait dengan peradangan dan stres oksidatif dalam tubuh.
Baca Juga: 20 Oktober: Hari Osteoporosis Sedunia, Kenali Tanda dan Gejala Silent Bone Disease
Sementara sepuluh penelitian yang memiliki data yang cukup untuk melakukan meta-analisis.
Para peneliti juga memeriksa kualitas keseluruhan dan potensi bias (pendapat yang sudah terbentuk sebelumnya) dalam penelitian.
Secara umum, jus jeruk memiliki efek menguntungkan atau tidak merugikan pada stres oksidatif atau peradangan.
Para peneliti memperingatkan bahwa penelitian mencakup sejumlah kecil subjek, memiliki kekuatan bukti yang rendah, dan memiliki risiko bias yang moderat.