Penyebab Menghitamnya Sungai Ciujung di Kabupaten Serang Terungkap, Airnya Tak Layak Pakai

- 13 Oktober 2023, 18:03 WIB
Penyebab menghitamnya air Sungai Ciujung di Kabupaten Serang terungkap.
Penyebab menghitamnya air Sungai Ciujung di Kabupaten Serang terungkap. /Kabar Banten/Dindin Hasanudin

ZONABANTEN.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang telah mengambil sampel air Sungai Ciujung kemudian menganalisisnya di laboratorium. Hal ini dilakukan karena sungai tersebut sebelumnya diduga tercemar limbah industri sehingga kondisi airnya memburuk.

Menurut Pengendali Dampak Lingkungan dari DLH Kabupaten Serang, Muas Sisul Haq, pihaknya mengambil sampel air Sungai Ciujung di empat titik untuk mengetahui kondisi air sungai tersebut di wilayah yang berbeda dalam satu waktu. Empat titik tersebut adalah wilayah Kecamatan Cikeusal, Kragilan, Carenang, dan Jembatan Jongjing di Kecamatan Tirtayasa.

“Sengaja ambil empat titik dengan karakter yang berbeda. Ada sebelum industri dan ada yang sudah industri. Pengambilan dalam waktu sehari,” katanya.

Setelah dianalisis DLH Kabupaten Serang, kualitas air Sungai Ciujung yang berada di sekitar Jembatan Jongjing adalah yang terburuk. Hal ini pun dapat dilihat dari warna airnya yang hitam pekat.

“Jadi, hasil analisis laboratorium memperkuat fisik, paling buruk di Jongjing, itu hitam karena tinggi padatan terlarutnya, istilah kita TDS atau zat terlarut. Di sana melampaui baku mutu,” ujar Muas.

Baca Juga: Mengaku Dukun Sakti Ternyata Penipu, Warga Kabupaten Serang Ditangkap Polisi

Dia menjelaskan, zat terlarut itu terdiri dari asam sulfat, asam sulfida, dan amoniak. Asam sulfat dan asam sulfida berasal dari industri yang menggunakan batubara. Sementara amoniak berasal dari deterjen limbah rumah tangga dan industri makanan.

“BOD amoniak juga bisa dari limbah domestik berupa kotoran manusia. Jadi, setelah kita analisa penyebab utamanya limbah domestik rumah tangga dan limbah industri,” tuturnya.

Muas melanjutkan, kondisi ini diperparah debit air Sungai Ciujung yang sedikit dan endapan atau sedimentasi di sekitar Jembatan Jongjing cukup banyak sehingga zat tersebut semakin mengental, tidak terlarut dengan baik dan akhirnya terakumulasi.

“Aliran jadi tidak kuat, jadi agak lambat dan terakumulasi zat-zat itu. Jadi wajar titik keempat paling tinggi, karena terakumulasi di situ. Padahal data sebelumnya titik keempat bukan tertinggi, biasanya Carenang dan Kragilan, karena sedimentasi menahan jadi terakumulasi, menumpuk, makanya titik keempat yang tinggi,” ucapnya.

Halaman:

Editor: Rismahani Ulina Lubis

Sumber: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah