Network
ZONABANTEN.com - Rusia ditekanan selama KTT G20, karena draf komunike yang mengatakan perangnya bersama Ukraina telah merusak ekonomi global.
Meskipun Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 telah meminimalisir referensi tentang perang, tapi tak bisa dipungkiri bahwa masalah ini memberikan dampak besar pada perekonomian.
Selama KTT G20, AS bahkan menyebutkan bahwa perang ini telah memberikan penderitaan besar pada manusia, serta memperburuk ekonomi yang telah rapuh.
Baca Juga: Beasiswa Merdeka Pendidikan Periode November 2022 Masih Dibuka! Simak Cara Daftarnya di Sini
China dan India yang merupakan sekutu Rusia bahkan ikut prihatin terhadap konflik tersebut, dan meminta agar perang segera diakhiri.
Perdana Menteri India, Narendra Modi bahkan berharap bahwa gencatan senjata dapat segera dilakukan, dan dilanjutkan pada diplomasi yang mengemuka.
Sementara Presiden Tiongkok, Xi Jinping secara tegas menyatakan bahwa pihaknya menentang perang senjata nuklir, yang sebelumnya telah menjadi ancaman berulang kali oleh Rusia.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Kelemahan Terbesarmu Akan Terungkap Berdasarkan Hal Pertama yang Kamu Lihat
Tak hanya itu, Xi juga menentang segala politisasi dan instrumentalisasi, yang menjadikan masalah pangan dan energi sebagai senjata.
“Kita harus dengan tegas menentang politisasi, instrumentalisasi, dan weaponisasi masalah pangan dan energi,” kata Xi Jinping.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy juga ikut ambil suara mengenai masalah ini, meskipun dirinya hanya muncul dalam potongan video.
Volodymyr Zelenskiy yang telihat mengenakan kaos hijau mengatakan bahwa perang sudah waktunya untuk diakhiri.
Baca Juga: Prediksi Kekuatan Amerika Serikat di Piala Dunia 2022, Generasi Emas Siap Berikan Kejutan
Tetapi dirinya menegaskan bahwa gencatan senjata hanya mungkin terjadi jika pasukan Rusia telah menarik diri dari wilayah negaranya.
“Saya yakin sekarang adalah waktunya ketika perang destruktif Rusia harus dan dapat dihentikan. Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa,” kata Volodymyr Zelenskiy.
KTT G20 sendiri berlansung di Indonesia, tepatnya di Pulau Bali. Konferensi ini akan dilaksanakan dari 15-16 November 2022.***
