Chairil pun terpaksa meninggalkan Mirat. Beberapa sajak yang ditulis Chairil tentang Mirat, di antaranya,”Sajak Putih,” “Dengan Mirat,” dan “Mirat Muda, Chairil Muda” dengan lirik ikoniknya yang berbunyi, “Adakah, adakah kau selalu mesra dan aku bagimu indah?”
Perjalanan cinta Chairil tidak berhenti pada Mirat. Saat dirinya sedang mengungsi ke Karawang pasca kembalinya tentara NICA ke Indonesia, Chairil bertemu dengan Hapsah. Setelah beberapa lama berkenalan, Chairil pun menikahi Hapsah dan dikaruniai putri bernama Evawani Alissa.
Baca Juga: Hari Puisi Sedunia: Ini 5 Puisi Terkenal dari Penyair Legenda Indonesia
Dia memiliki julukkan untuk istrinya, yaitu ‘Gajah’ karena Hapsah memiliki postur tubuh yang gemuk.
Kehidupan pernikahan mereka berjalan manis. Namun menjelang akhir tahun 1948, mereka berpisah.
Chairil kembali pada rutinitasnya menulis dan menerjemahkan sajak. Kemudian pada pertengahan tahun 1949, tepatnya di bulan April, Chairil Anwar jatuh sakit yang membuatnya harus dirawat di CBZ (RS Cipto Mangunkusumo), hingga pada 28 April 1949, Chairil Anwar menghembuskan napas terakhirnya.
Hari wafatnya Chairil Anwar si ‘Binatang Jalang’ pun ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional.***