ZONABANTEN.com – Chairil Anwar dikenal sebagai ‘maestro’ dalam dunia kesusastraan Indonesia.
Lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922, Chairil Anwar merupakan putra dari pasangan asal Sumatera Barat, Toeloes dan Soleha.
Di masa mudanya, Chairil gemar membaca dan mempelajari karya-karya dari sastrawan dunia, seperti Friedrich Nietzsche, Hendrik Marsman, Rainer Maria Rilke, dan Edgar du Perron.
Hal itulah yang membuat hasrat dan minatnya dalam dunia kesenian, khususnya sastra mulai menetas.
Baca Juga: 7 Link Twibbon Bertemakan Hari Puisi Nasional 2022, Buat Fotomu Jadi Lebih Aesthetic
Chairil mulai menulis sajak yang berhubungan dengan kehilangan, cinta, perjuangan, hingga pemberontakan diri.
Pada tahun 1942, Chairil Anwar menulis sajak duka berjudul “Nisan” yang didedikasikannya untuk sang nenek yang telah berpulang. Namun ketika dia mengirimkan sajak tersebut dan kumpulan sajaknya yang lain yang dilabeli “Kerikil Tajam” ke majalah Panji Pustaka, sajak-sajaknya ditolak karena dinilai terlalu individualistis.
Kemudian terdapat salah satu sajak Chairil Anwar yang terkenal yaitu sajak berjudul “Aku,” yang ditulisnya pada 1943.