Jenderal Sudirman menyetujuinya dan meminta Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III.
Serangan besar-besaran itu dilakukan serentak di seluruh wilayah Yogyakarta pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB.
Dalam penyerangan tersebut, Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.
Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpin Mayor Sardjono, dan sektor utara oleh Mayor Kusno.
Sementara itu, untuk sektor kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Sesuai rencana, TNI berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, seluruh pasukkan TNI mundur.
Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 telah membuktikan bahwa eksistensi tentara Indonesia masih ada, sekaligus memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.
Baca Juga: NU Tetapkan Tanggal Awal Bulan Ramadhan 2022 Berdasarkan Hilal, Simak Berikut Ini
Kini, peristiwa tersebut telah diabadikan dalam sebuah Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terletak di area sekitar Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.