Menolak Lupa: Tsunami Dahsyat Menerjang Maluku Dengan Korban 2.500 Korban Jiwa, 346 Tahun Silam

- 17 Februari 2022, 03:05 WIB
ILustrasi. Sudah 346 tahun berlalu semenjak kejadian gempa bumi yang disertai tsunami di Maluku/Pixabay/KELLEPICS
ILustrasi. Sudah 346 tahun berlalu semenjak kejadian gempa bumi yang disertai tsunami di Maluku/Pixabay/KELLEPICS /

ZONABANTEN.com – Tsunami dahsyat yang didahului dengan gempa bumi mengguncang Ambon pada malam hari tanggal 17 Februari 1674 silam.

Dikutip ZONABANTEN.com dari laman BNPB, gempa terjadi mulai dari pukul 19.30 sampai dengan 20.00 waktu setempat. Saat gempa terjadi, bersamaan dengan perayaan Tahun Baru Cina yang diselenggarakan di pasar.

Guncangan dirasakan di seluruh Pulau Ambon dan pulau-pulau sekitarnya, hingga berakibat pada 86 orang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan dan rumah.

Setelah gempa bumi mengguncang, kemudian gelombang pasang terjadi di seluruh pesisir. Kerusakan paling parah terjadi di Semenanjung Utara, khususnya di daerah Ceyt di antara Negeri Lima dan Hile.

Salah satu saksi hidup dari gempa bumi tsunami ini yaitu Georg Everhard Rumphius, seorang ilmuwan asal Eropa.

Baca Juga: Hadapi Ancaman Megathrust, BMKG Sosialisasikan Informasi Gempa Bumi dan Tsunami di Pandeglang

Rumphus adalah seorang ilmuwan yang pernah tinggal di Ambon dan ikut mengalami kejadian nahas itu.

Gempa yang disusul dengan kedatangan tsunami dari Laut Banda itu mengakibatkan air naik setinggi 70 hingga 90 meter di daerah Ceyt, sehingga mengalami kerusakan yang sangat parah.

Untuk diketahui, Laut Banda dan pulau-pulau sekitarnya, khususnya Maluku merupakan wilayah yang berada di pertemuan tiga lempeng.

Tiga lempeng tersebut di antaranya adalah lempeng Eurasia, Pasifik dan Australia. Sehingga pertemuan tiga lempeng itu menyebabkan kejadian rawan gempa.   

Catatan Rumphus mengenai kejadian tsunami yang melanda Ambon merupakan sebagian dari catatan sejarah gempa dan tsunami terkait bencana rapid onset paling mematikan di Maluku dan sekitarnya.

Dari kejadian itu diperkirakan lebih dari 2.500 jiwa menjadi korban meninggal, termasuk istri dan anak Rumphus.    

Selain gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 1674, menurut sejarah Maluku juga sebelumnya mengalami gempa yang diikuti dengan tsunami pada hari Minggu, 8 Oktober 1950.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Bekasi Siaga Banjir Parah, Berikut Titik Lokasi Selengkapnya

Gempa bumi Ambon terjadi pada masa konflik TNI dan RMS terjadi, sehingga dokumentasi mengenai kejadian ini sangatlah minim.

Catatan mengenai kejadian ini hanya bisa ditemukan di beberapa surat kabar nasional dan internasional, termasuk di arsip United States Geological Survey (USGS).

Gempa yang terjadi pada jam 12.23 waktu setempat itu terletak di koordinat 4,199 Lintang Selatan dan 128,233 Barat Timur dengan kedalaman 20 Km dengan 7,3 magnitudo.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh medio pada Agustus 2015, beberapa saksi hidup menceritakan bahwa ketika terjadi 3 kali gempa yang disertai dengan 3 kali suara gemuruh.

Kemudian disusul dengan 3 gelombang tsunami yang merusak perumahan warga Hutumuri, Hative Kecil, dan Galala.

Baca Juga: Mengerikan! Tonga Dilanda Tsunami Setinggi 49 Kaki Akibat Letusan Gunung Berapi

Besaran intensitas dari 3 gelombang berbeda-beda. Gelombang pertama datang dengan skala yang lumayan besar.

Kemudian disusul dengan gelombang kedua yang intensitasnya sedikit lebih besar dari sebelumnya. Hingga akhirnya yang terbesar yaitu gelombang ketiga.

Kejadian berlangsung bertepatan dengan warga yang sedang beribadah di gereja. Saat itu warga langsung keluar dan lari ke gunung setelah melihat air yang naik turun. ***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: BNPB


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah