Banyak Perempuan Terlibat Kasus Terorisme, Kementerian PPPA Ajak Keluarga Menjadi Penyaring Radikalisme

- 12 April 2021, 09:14 WIB
Juru Bicara Kemen PPPA, Ratna Susianawati
Juru Bicara Kemen PPPA, Ratna Susianawati /kemenpppa.go.id/

ZONABANTEN.com‌‌‌ ‌‌‌- Ratna Susianawati Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, prihatin terhadap banyaknya pelibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme.

Dalam sepekan terakhir, masyarakat sudah dikejutkan dengan aksi terorisme dan radikalisme yang terjadi berturut-turut di dua lokasi.

Kedua kejadian itu terjadi di gerbang Gereja Katedral, Makassar dan di Markas Besar (Mabes) Polisi Republik Indonesia (Polri), Jakarta.

Yang menjadi fokus dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) adalah, fakta bahwa keduanya melibatkan perempuan sebagai pelakunya.

 Baca Juga: AS Peringatkan China Atas Tindakan Agresifnya Terhadap Taiwan

Menurut Ratna, pelibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme, membuktikan perempuan lebih rentan terjerumus dalam jerat persoalan tersebut.

Untuk itu, Ratna menyarankan upaya pencegahan dari seluruh elemen masyarakat, khususnya melalui penguatan ketahanan keluarga sebagai unit terkecil dan pertahanan pertama dalam masyarakat.

“Adanya fenomena peningkatan pelibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme menunjukan perempuan lebih rentan terlibat dalam persoalan ini.” ujar Ratna pada artikel di situs KemenPPPA.

“Hal ini disebabkan karena faktor sosial, ekonomi, perbedaan pola pikir, serta adanya doktrin yang terus mendorong bahkan menginspirasi para perempuan, hingga akhirnya mereka nekat melakukan aksi terorisme dan radikalisme,” ujar Ratna menambahkan.

Baca Juga: Pemprov Banten Himbau Warga Tidak Bepergian Jauh, Berikut Sebaran Titik Pemeriksaan Mudik Lebaran 2021

Ratna juga menyatakan bahwa kerentanan dan ketidaktahuan perempuan turut menjadi sasaran pemahaman dan ideologi menyimpang.

Menurut Ratna hal tersebut membuat mereka kerap dimanfaatkan dalam aksi radikalisme dan terorisme.

“Selain itu, keterbatasan akses informasi yang dimiliki dan keterbatasan untuk menyampaikan pandangan dan sikap, juga turut menjadi faktor pemicu.” ujar Ratna.

“Di sinilah pentingnya ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik untuk membangun karakter anak dengan menginternalisasi nilai-nilai sesuai norma hukum, adat, agama, dan budaya,” ujar Ratna menjelaskan.

Ratna menilai ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik dan sangat dibutuhkan sebagai pondasi dan penyaring informasi dalam tahap pengasuhan anak di keluarga.

Baca Juga: Sebuah Tambang di China Kebanjiran, 21 Pekerja Terperangkap Di Bawah Tanah

“Apalagi dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini, serta bervariasinya modus-modus kejahatan baru.” ujar Ratna menambahkan.

Ratna juga menambahkan kewajiban yang harus diemban oleh orang tua pada anaknya, di antaranya:

Menjalin hubungan baik dengan anak;

Mengawasi dan mengontrol anak;

Memberikan edukasi;

Menerapkan pola komunikasi yang terbuka dan mudah dipahami;

Menerapkan pola pengasuhan dengan kesiapsiagaan; dan

Mendeteksi risiko ***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Kemen PPPA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah