Masih Musim Kemarau, Jabodetabek Justru Diguyur Hujan 2 Hari Berturut-turut, Ini Kata BMKG

26 Oktober 2023, 08:35 WIB
Masih musim kemarau, Jabodetabek justru diguyur hujan 2 Hari berturut-turut, ini kata BMKG /@fakta.negri_/Instagram

ZONABANTEN.com - Wilayah Jabodetabek selama dua hari berturut-turut yakni pada tanggal 24-25 Oktober 2023 diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Akan tetapi, kenyataannya saat ini di Indonesia sendiri sedang mengalami musim kemarau, lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi? Sebelumnya, di seluruh wilayah Indonesia termasuk Jabodetabek sedang dilanda gelombang panas yang tinggi atau disebut dengan fenomena El Nino.

Namun secara mengejutkan selama dua hari ini di daerah tersebut akhirnya turun hujan, lalu apakah hal itu sebagai pertanda akan masuknya musim penghujan?

Menanggapi banyaknya pertanyaan dari masyarakat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) buka suara mengenai fenomena hujan di musim kemarau yang terjadi di Jabodetabek tersebut.

Melalui situs resminya, BMKG menunjukkan kisaran suhu maksimum di daratan Jakarta pada 25 Oktober 2023 mencapai 30 hingga 32 derajat Celsius.

Padahal, biasanya daerah ini dilanda panas yang cukup ekstrem yakni suhu maksimum bisa sampai 34 hingga 36 derajat Celsius.

Namun, walaupun kini wilayah Jabodetabek sudah diguyur hujan, menurut BMKG hal ini bukan merupakan pertanda musim kemarau akan segera berakhir.

Sebelumnya, BMKG telah memberitahu bahwa musim hujan baru akan tiba di Indonesia dan mengakhiri musim kemarau atau kekeringan akibat fenomena El Nino pada bulan November 2023 mendatang.

Baca Juga: BMKG Prediksi Kemarau Berakhir pada Akhir Oktober 2023, Musim Hujan Mulai Awal November 2023

Menurut prediksi BMKG, angin pembawa hujan akan datang lebih lambat dari biasanya. Hal ini yang menjadi alasan mengapa musim kemarau tahun ini akan lebih panjang dari masa sebelumnya.

Baru-baru ini, situs BMKG menyebutkan bahwa beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami hujan lebat, diantaranya yaitu di Aceh, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Menurutnya, saat ini daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau memanjang dari perairan barat Aceh hingga Aceh, Lampung hingga Sumatera Barat, dari Perairan barat Bengkulu hingga Sumatera Utara, dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah, dari Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Tengah, dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Utara, dan dari Sulawesi Tenggara hingga Sulawesi Barat.

Karena semakin memanjangnya daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin maka akan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang wilayah konvergensi.

Fenomena ini lah yang menyebabkan turunnya hujan di beberapa daerah tersebut walaupun masih mengalami musim panas.

Musim kemarau sendiri diprediksi akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober 2023 ini, sedangkan musim penghujan akan mulai masuk pada November mendatang.

Kembali lagi, datangnya musim hujan dan berakhirnya musim kemarau ini juga akan dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Berikut adalah penjelasan mengenai teori tersebut.

Teori Angin Muson

Musim hujan dan musim kemarau di wilayah yang dipengaruhi oleh angin muson dapat bervariasi tergantung pada lokasi geografis.

Baca Juga: Kemarau Belum Usai, Presiden Joko Widodo Instruksikan Jajarannya untuk Tangani Karhutla

Secara umum, berikut adalah pola umum untuk musim hujan dan kemarau berdasarkan angin muson.

Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur adalah dua pola angin besar yang terjadi dalam skala regional di beberapa bagian dunia.

Berikut adalah deskripsi bagaimana keduanya terjadi:

1. Angin Muson Barat (Muson Barat)

Angin Muson Barat terjadi di wilayah-wilayah seperti Asia Selatan, terutama di India, Pakistan, Nepal, dan sekitarnya.

Pada musim panas, permukaan daratan di wilayah ini memanas lebih cepat daripada permukaan laut. 

Udara di atas daratan menjadi panas dan naik, menciptakan tekanan rendah. Sebagai respons, Angin Muson Barat membawa udara lembab dari Samudra Hindia ke daratan, sehingga terjadilah hujan deras dan musim hujan di daerah yang dilaluinya.

Sedangkan pada musim dingin, suhu di daratan kembali turun, dan arah angin berubah. Angin Muson Barat bertiup dari daratan ke laut, sehingga akan menyebabkan musim kemarau di daerah tersebut.

2. Angin Muson Timur (Muson Timur)

Terjadi di wilayah-wilayah seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Filipina, dan Australia Utara. Pada musim panas, wilayah ini menjadi lebih panas daripada laut.

Baca Juga: Alhamdulillah, Kota Tangerang akhirnya Diguyur Hujan usai Ribuan Warga Salat Istisqa

Udara di atas daratan menjadi panas dan naik, menciptakan tekanan rendah. Angin Muson Timur membawa udara lembab dari Samudra Pasifik ke daratan, sehingga akan menyebabkan hujan dan musim hujan di daerah yang dilewatinya.

Pada saat musim dingin, suhu di daratan turun, dan arah angin berubah. Angin Muson Timur bertiup dari daratan ke laut, menyebabkan musim kemarau di daerah tersebut.

Angin muson ini adalah komponen penting dalam menentukan musim hujan dan musim kemarau di wilayah-wilayah yang terpengaruh olehnya.

Perubahan arah angin dan pergeseran massa udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara daratan dan lautan adalah penyebab utama dalam pembentukan angin muson.

Di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia, musim hujan biasanya terjadi selama musim panas, antara November hingga Maret, ketika Angin Muson Timur membawa hujan ke wilayah ini.

Sementara itu, musim kemarau umumnya terjadi selama musim panas, dari April hingga Oktober, ketika Angin Muson Timur membawa udara kering dari daratan.

Periode musim hujan dan musim kemarau dapat bervariasi sedikit dari tahun ke tahun berdasarkan perubahan iklim dan faktor lainnya.

Wilayah-wilayah yang berbeda di dunia dapat memiliki pola musim hujan dan musim kemarau yang berbeda pula. 

Sebaiknya periksa prakiraan cuaca lokal dan sumber informasi cuaca resmi untuk informasi lebih lanjut tentang tanggal pasti untuk musim hujan dan kemarau di wilayah tertentu.***

Editor: Dinda Indah Puspa Rini

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler