ZONABANTEN.com – Bakal calon presiden (bacapres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo, tengah menjadi perbincangan publik karena dirinya muncul dalam iklan adzan magrib yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi Indonesia.
Warganet menganggap tampilnya Ganjar Pranowo dalam tayangan adzan maghrib ini sebagai sebuah kampanye menjelang pendaftaran pasangan calon (paslon) Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang dijadwalkan pada bulan depan.
Munculnya Ganjar Pranowo dalam iklan adzan maghrib menuai polemik di ruang publik karena adanya unsur kampanye dan mengarah pada politik identitas seperti yang dibahas warganet atas reaksinya terhadap iklan adzan maghrib tersebut.
Tidak hanya membahas politik identitas, warganet juga menyoroti Ganjar Pranowo yang berwudu tanpa menggulung lengan bajunya dan hidungnya yang tidak menyentuh sajadah saat bersujud.
Menurut warganet, saat berwudu sebaiknya lengan baju digulung atau ditarik ke atas agar air dapat membasuh seluruh lengan hingga siku.
“Sujud pas shalat dahi dan hidung harus kena ke lantai/sajadah,” komentar salah satu pengguna TikTok.
“Ganjar wudhunya ga bener. Sejak kapan wudhu lengan panjangnya ga digulung,” tulis salah satu pengguna X atau Twitter.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, merespon sindiran warganet yang mengatakan bahwa munculnya Ganjar Pranowo dalam iklan adzan magrib tersebut adalah sebuah politik identitas
“Kalau untuk mengajak masyarakat dengan senyum, berdoa bersama, untuk menjalankan shalat 5 waktu, itu kan merupakan hal yang positif. Bagi umat Kristen untuk mengajak berdoa di gereja, bagi umat hindu di pura, itu kan sesuatu yang bagus. Sehingga, jangan menampilkan identitas yang menunjukkan spiritualitas sebagai bangsa itu kemudian dikatakan politik identitas," katanya.
Lebih lanjut, Hasto juga mengungkapkan bahwa Ganjar Pranowo adalah orang yang religius dan kealimannya ini tidak dibuat-buat seperti yang diragukan banyak warganet.
“Pak Ganjar Pranowo ini kan sosok yang religius. Religiusitasnya ini tidak dibuat-buat. Istrinya Bu Siti Atikoh juga dari kalangan pesantren. Menampilkan kehidupan spiritualitas yang mencerminkan sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhan, bukan sesuatu yang dibuat-buat,” tuturnya.