HR Rasuna Said Muncul di Google Doodle, Begini Profilnya

14 September 2022, 14:28 WIB
Siapa Rasuna Said? Sosok Pahlawan Nasional yang Dijadikan Google Doodle, Ini Profil dan Biodatanya /google

ZONABANTEN.com - Gambar HR. Rasuna Said muncul di Google Doodle hari ini. Dalam keterangannya, Google doodle menuliskan ‘Rasuna Said’s 112th birthday’.

Lalu sebenarnya siapakah HR. Rasuna Said? Berikut profil lengkap HR. Rasuna Said.

Rasuna Said dilahirkan pada 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Baca Juga: Link Streaming Tokyo Verdy vs Blaublitz Akita, Waktunya Pratama Arhan Beraksi dan Buat Suporter Kagum?

Ia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan.

Keluarga Rasuna Said adalah keluarga pemeluk Islam yang taat. Tidak seperti saudara-saudaranya, dia bersekolah di sekolah agama.

Rasuna Said kemudian pindah ke Padang Panjang dan bersekolah di Madrasah Diniyah, yang menggabungkan mata pelajaran agama dan mata pelajaran khusus.

Pada tahun 1923, di usia yang ke 13 tahun, ia menjadi asisten guru di Sekolah Diniyah Putri yang baru didirikan, tetapi kembali ke kampung halamannya tiga tahun kemudian.

Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said remaja dikirimkan sang ayah untuk melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah.

Saat itu, ia merupakan satu-satunya santri perempuan.

Baca Juga: Mahfud MD Pastikan Identitas Bjorka sudah Teridentifikasi   

Rasuna Said kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang.

Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita, ia sempat mengajar di Diniyah Putri sebagai guru.

Tahun 1930, Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tetapi harus disertai perjuangan politik.

Disinilah awal karir politik HR. Rasuna Said dimulai.

Pada tahun 1926, Rasuna Said aktif dalam organisasi Sarekat Rakyat yang berafiliasi dengan komunis, yang dibubarkan setelah pemberontakan komunis yang gagal di Sumatera Barat pada tahun 1927.

Rasuna Said kemudian juga bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930, sebuah organisasi berbasis Islam dan nasionalisme.

Pada tanggal 23 Oktober 1932, dalam rapat umum bagian perempuan Permi di Padang Panjang, Rasuna menyampaikan pidato publik berjudul "Langkah-Langkah Menuju Kemerdekaan Rakyat Indonesia" di mana dia mengutuk penghancuran mata pencaharian rakyat dan kerusakan yang dilakukan pada rakyat Indonesia oleh kolonialisme.

Baca Juga: Sinopsis Film Lone Survivor yang Bakal Tayang di Bioskop Trans TV  

Rasuna Said sempat ditangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.

Rasuna dibebaskan dari penjara pada tahun 1934. Ia belajar di Sekolah Pendidikan Keguruan Permi di Padang selama empat tahun. Dia juga bekerja sebagai jurnalis, menulis artikel yang mengkritik kolonialisme Belanda di jurnal sekolah keguruan Raya.

Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr Kusuma Atmaja.

Rasuna Said dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia.

Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili daerah Sumatra Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekret Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia.

Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili daerah Sumatra Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekret Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.***

 

 

 

Editor: Rahman Wahid

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler