Akhirnya pecahlah perang Boer pada tahun 1899-1902 antara Belanda dan Inggris. Usai menang perang, Inggris menguasai Afrika Selatan. Diskriminasi oleh Inggris terhadap suku asli Afrika Selatan pun muncul.
Penduduk Afrika Selatan kemudian digolongkan menjadi empat golongan besar, yaitu kulit putih atau keturunan Eropa, suku bangsa Bantu (suku asli di Afrika Selatan), orang Asia yang kebanyakan berasal dari Pakistan dan India, dan orang kulit berwarna atau berdarah campuran, dimana kelompok Melayu Cape termasuk di dalamnya.Pemisahan suku yang dilakukan di Afrika Selatan ini, kemudian mendapat tanggapan dari dunia internasional. Majelis Umum PBB bahkan mengutuk perbuatan tersebut.
Baca Juga: Satu dari Tiga Ibu Anggap Kental Manis Adalah Susu, Ini Faktanya
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Afrika Selatan juga mendapat tanggapan yang serius dari rakyat Afrika Selatan. Disana kemudian sering terjadi gerakan-gerakan pemberontakan untuk menghapus pemerintahan Apartheid.
Satu diantaranya yang paling terkenal adalah yang dipelopori oleh African National Congress (ANC) yang berada di bawah pimpinan Nelson Mandela.
Mandela di tahun 1961, memimpin aksi rakyat Afrika Selatan untuk tinggal di dalam rumah. Aksi tersebut ditanggapi oleh pemerintah Apartheid dengan menangkap dan kemudian menjebloskan Mandela ke penjara Pretoria tahun 1962.
Baca Juga: Tim SAR Gabungan Kerahkan Delapan Kapal Untuk Pencarian Nelayan Hilang Di Selat Sunda
Ia baru dibebaskan 28 tahun kemudian, atau tepatnya pada 11 Februari 1990 pada masa pemerintahan Frederik Willem de Klerk.
Nah, pembebasan Nelson Mandela rupanya membawa dampak positif terhadap perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam memperjuangkan penghapusan politik Apartheid. Pada 2 Mei 1990, untuk pertama kalinya pemerintahan Afrika Selatan mengadakan perundingan dengan ANC untuk membuat undang-undang non rasial.