Hari Anak Perempuan ‘Hinamatsuri’: Festival Penangkal Hari Buruk di Jepang

- 2 Maret 2022, 19:28 WIB
Hari anak perempuan adalah sebuah festival yang dikhususkan untuk anak perempuan/Japenesestation.com
Hari anak perempuan adalah sebuah festival yang dikhususkan untuk anak perempuan/Japenesestation.com /

ZONABANTEN.com – Hari anak perempuan atau yang disebut Hinamatsuri dalam bahasa Jepang, adalah sebuah perayaan yang jatuh pada tanggal 3 Maret.

Hinamatsuri terdiri dari dua kata yaitu Hina yang berarti perempuan dan Matsuri berarti festival Jepang.

Hinamatsuri seperti arti dari kedua kata yang membentuk nama Hinamatsuri, merupakan sebuah perayaan yang dikhususkan untuk anak perempuan di Jepang.

Festival ini dilakukan dengan maksud untuk mendoakan anak perempuan agar terhindar dari segala nasib buruk.

Baca Juga: Siapa Konglomerat Swiss yang akan Beli Chelsea dari Roman Abramovich? Dampak Perang Rusia Ukraina

Dilansir dari Japanese Station dan We-xpats.com, setiap keluarga yang mempunyai anak perempuan akan menempatkan serangkaian boneka dan mempersembahkan bunga-bunga persik untuk mereka.

Boneka-boneka tersebut dikenakan kostum istana kuno dari periode Heian (794-1185) dan diatur berjajar sebanyak lima atau tujuh tingkat dengan alas karpet berwarna merah.

Satu set boneka untuk perayaan Hinamatsuri diketahui memiliki harga sangat mahal, bahkan beberapa jenis set penuh bisa berharga lebih dari 1 juta yen.

Tradisi meletakkan boneka di rumah bermula sejak periode Edo. Biasanya boneka-boneka tersebut akan diletakkan selama pertengahan Februari dan dikembalikan setelah festival selesai.

Baca Juga: Siap Berangkat ke LA, Youn Yuh Jung Dikonfirmasi Akan Ikut Program Variety Baru Na PD

Peletakan boneka-boneka ini juga memiliki aturan tersendiri. Di mana susunannya terdiri dari 5 susunan.

Barisan paling atas merupakan tempat untuk boneka Permaisuri dan Kaisar. Kemudian satu tingkat di bawah boneka Permaisuri dan Kaisar terdapat boneka tiga wanita istana atau sannin-kanjo.

Setelah itu diikuti dengan boneka lima musisi kerajaan atau gonin-bayashi, lalu dua menteri atau udaijin dan sadaijin, dan baris paling bawah yaitu tiga pelayan.

Ada mitos yang berkembang di Jepang yaitu jika boneka-boneka tersebut tidak segera disingkirkan setelah festival berakhir, dipercayai anak perempuan akan sulit menikah.

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng! Ini 6 Red Flag Yang Mudah Disalahartikan Sebagai Tanda Sayang, Penting Untuk Dihindari!

Selain dari penempatan boneka-boneka yang telah disebutkan di atas, biasanya juga ada perabotan, makanan, dan alat-alat makan lainnya yang semuanya berukuran kecil.

Dalam perayaan Hinamatsuri ini, terdapat begitu banyak jenis makanan dan minuman khas Jepang yang akan disajikan.

Pada hari ini pula anak perempuan akan mengundang teman-temannya ke rumah mereka untuk ikut merayakan Hinamatsuri.

Makanan khas yang disajikan diantaranya Chirashi, makanan nasi sushi yang ditetesi cuka dengan campuran bumbu ikan mentah dan gula.

Baca Juga: Hilangkan Jerawat di Punggung dengan 3 Cara Ini, Utamakan Jaga Kebersihan

Kemudian Edamame, makanan berupa sup kerang yang masih utuh dengan cangkangnya. Ada juga salmon panggang, Inari Sushi, salad ramen kol, dan Sakura-Mochi.

Untuk minuman yang biasanya disajikan yaitu Sake manis (Amazake) dan Sake putih (Shirozake).

Sake manis (Amazake) terbuat dari ampas-ampas sake yang dicampurkan dengan air lalu dimasak di kompor atau tungku.

Sedangkan untuk Sake putih (Shirozake) dibuat dari proses fermentasi beras ketan dengan Koji dan Shochu.

Baca Juga: Aktris Kim Tae Ri Positif COVID-19, Bagaimana Kelanjutan Drama Twenty Five Twenty One?

Untuk diketahui, Hinamatsuri berasal dari praktek China Kuno dengan cara meninggalkan boneka di sebuah sungai sebagai upaya untuk mengalihkan dosa tubuh dan kemalangan.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: Japanese Station we-xpats.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah