Kembali Panas, Ilmuwan Sebut 10 Alasan Virus Covid-19 Berasal dari Kebocoran Lab di Wuhan dan Bukan dari Pasar

- 18 Februari 2022, 19:30 WIB
Ilustrasi Seseorang Berpakaian APD
Ilustrasi Seseorang Berpakaian APD /Unsplash/Vladimir Fedotov
 
ZONABANTEN.com - Para ilmuwan baru-baru ini menyebutkan bahwa Virus Corona atau Covid-19 berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan dilihat dari 10 alasan ini.

Hingga dua tahun berjalan, asal usul COVID-19 belum ditentukan.

Melansir dari Fox News melaporkan, Institut Virologi Wuhan di China diduga yang sudah memulai pandemi berkepanjangan ini dan saat ini banyak di antara komunitas ilmiah yang menyerukan penyelidikan lebih lanjut.
 
Baca Juga: Ajaib! Anjing Laut Ini Menolong Pria yang Terjatuh ke Laut Pasifik Keluar dari Perairan Setelah 5 Jam Berenang

Sebelumnya Virus Corona diketahui kemungkinan besar berasal secara alami dari transfer hewan ke manusia.

Beberapa ilmuwan dan penyelidik yang telah mempelajari asal-usul Covid-19, membeberkan 10 alasan Virus Corona memang berasal dari kebocoran lab dan telah menewaskan lebih dari 5,7 juta orang di seluruh dunia, apa saja?

1) Tidak ada hewan yang ditemukan terinfeksi SARS-CoV-2.

Sars-Cov-2 adalah Virus Corona yang mengakibatkan infeksi pernapasan Covid-19.

SARS Coronavirus (SARS-CoV) merupakan virus yang diidentifikasi pada tahun 2003 yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) yang ditemukan pertama kali pada kelelawar tahun 2003 di provinsi Yunnan, China.
 
Baca Juga: Para Pengungsi Somalia di Kamp-kamp yang Penuh Sesak di Ambang Kematian Saat Kekeringan Memburuk

Setelah dilakukan tes dan penelitian dalam penularan awal Covid-19, tidak ada yang hewan teridentifikasi mendapatkan hasil positif untuk virus corona baru yang menyebabkan pandemi global.

Para penyelidik menguji lebih dari 80.000 hewan di China termasuk ratusan yang terkait dengan pasar makanan laut Huanan.

"Tidak ada hasil positif yang diidentifikasi untuk SARS-CoV-2," ujar studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait asal-usul Covid-19
 
Baca Juga: Hati-hati! Lakukan 28 Jenis Maksiat Ini Siap-siap Dilaknat oleh Rasulullah, Wanita Sering Tidak Disadari

2) Tidak ada bukti infeksi pra-epidemi.

Mengutip data dari laporan WHO, para penyelidik menguji lebih dari 9.000 sampel biologis manusia, termasuk darah, plasma, dan usap tenggorokan yang tersimpan di rumah sakit dan bank darah sebelum pandemi.

Diperkirakan antara 100 hingga 400 akan positif untuk SARS-CoV-2, namun setelah mendapatkan hasil, nol dinyatakan positif.

"Tidak ada bukti penularan dari hewan ke manusia," kata Dr. Steven Quay, seorang dokter dan pendiri Atossa Therapeutics.

"Kurangnya bukti infeksi pra-pandemi dan kemurnian genetik virus menunjukkan Covid-19 bukan limpahan alami dari hewan tetapi infeksi yang didapat di laboratorium," kata para ilmuwan.
 
Baca Juga: Cek Penerima Bansos PKH Kemensos Melalui DTKS Cekbansos Kemensos Tahun 2022 Perkeluarga Bisa Dapat Rp10,8 juta

3. Sidik jari genetik virus sangat unik sehingga belum pernah diamati pada virus corona sebelumnya.

Dr. Steven Quay yang juga menulis buku Covid-19 berasal dari laboratorium mengatakan SARS-CoV-2 memiliki pemicu unik di permukaannya yang disebut situs pembelahan furin dan kode unik dalam gennya yang disebut CGG- dimer CGG.

"Kombinasi ini tidak pernah ditemukan secara alami dan karena itu menunjuk kepada virus yang dimanipulasi laboratorium," katanya.

"Sejak tahun 1992, dalam eksperimen penelitian, laboratorium telah memasukkan situs furin ke dalam virus berulang kali. Hasil akhirnya adalah virus supercharged yakni menjadi lebih menular," katanya.
 
Baca Juga: Tes Psikologi: Apakah Kamu Orang yang Mudah Jatuh Cinta? Temukan Jawabannya Lewat Gambar Ini

4) Virus muncul pada manusia yang sudah

Berdasarkan pengalaman SARS1 dan MERS, ketika virus menjadi mampu menular dari manusia ke manusia, dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk berevolusi saat menyebar melalui populasi dan bentuk virus yang paling menular adalah yang mendominasi.

"Tetapi dengan Covid-19, virus itu telah beradaptasi sebelumnya untuk penularan dari manusia ke manusia dari pasien pertama. Secara spesifik, bagian virus yang berinteraksi dengan sel manusia telah dioptimalkan 99,5%," ujar Dr. Steven.

Steven percaya virus Covid-19 diajarkan untuk menginfeksi manusia di laboratorium melalui penelitian gain-of-function yakni manusia sebagai tikus percobaan  yang berulang kali terpapar virus untuk mendorong adaptasi.
 
Baca Juga: Informasi Vaksin Corner (Dosis 1, 2, dan Booster), Sabtu 19 Februari 2022 di DTC Surabaya

5) Institut Virologi Wuhan mempelajari virus corona kelelawar dan telah terlibat dalam penularan.

"Institut Virologi Wuhan adalah salah satu dari tiga tempat di dunia yang melakukan penelitian fungsi dan penelitian peningkatan patogen pandemi potensial pada virus corona terkait SARS sebelum pandemi," kata Richard Ebright, seorang profesor kimia dan biologi kimia di Universitas Rutgers.

"Dua lainnya adalah University of North Carolina Chapel Hill dan University of Texas Medical Branch di Galveston," tambahnya.

Diketahui tujuan dari penelitian tersebut adalah memungkinkan para ilmuwan untuk maju dari kurva dalam mengembangkan pengobatan untuk penyakit menular tertentu.
 
Baca Juga: Tanda Kiamat? Gurun Sahara di Afrika Diselimuti Salju, Pertama Kali dalam Sejarah, Terjadi 18 Februari 1979

Tetapi penelitian semacam itu dinilai kontroversial karena kekhawatiran risiko menciptakan patogen yang lebih berbahaya melebihi manfaat untuk mempersiapkan wabah di masa depan.

Menurut sebuah makalah para ilmuwan. ditulis pada tahun 2015, para ilmuwan dari Institut Virologi Wuhan dan Universitas Carolina Utara di Chapel Hill bekerja sama untuk percobaan yang menciptakan versi hibrida dari virus corona kelelawar yang terkait dengan virus penyebab SARS.

Para ilmuwan menciptakan virus chimeric, terdiri dari protein permukaan virus SHC014 yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda di Cina dan tulang punggung virus SARS yang telah diadaptasi untuk tumbuh pada tikus dan meniru penyakit manusia.
 
Baca Juga: 6 Kisah Cinta Paling Tragis yang Tercatat Sejarah, Nyesek Banget

Richard Ebright memperingatkan tentang eksperimen ini pada saat itu dan risiko menciptakan wabah baru yang dibuat di laboratorium.

Jadi ketika berita tentang wabah Covid-19 di Wuhan pecah empat tahun kemudian, Richard sudah memikirkan penelitian berisiko di Wuhan yang sudah ia tandai sebagai potensi pandemi.

"Ini bukan hanya kemungkinan, itu sudah diprediksi, ujarnya.

6) China belum bekerja sama dan penyelidik belum memiliki akses penuh ke lab.

China bersikeras bahwa virus itu tidak berasal dari laboratorium. Dan Shi Zhengli, yang memimpin tim peneliti Institut Virologi Wuhan tentang virus corona kelelawar mengatakan urutan genetik virus corona baru tidak cocok dengan virus apapun yang diambil timnya dari gua kelelawar di China.
 
Baca Juga: Syarat dan Manfaat Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Untuk Pekerja yang Kena PHK

Tetapi China telah menghalangi penyelidikan independen, gagal memberikan akses lengkap atau independensi kepada penyelidik, menahan data pada hari-hari awal wabah.

Dikatakan basis data virus kelelawar yang dikelola oleh Institut Virologi Wuhan telah tersembunyi dari pengawasan.

7) Riwayat kebocoran sudah pernah terjadi, namun tidak diberhentikan dengan cepat.

Para peneliti yang bekerja pada virus di laboratorium secara tidak sengaja telah terinfeksi sebelumnya dan menyebabkan wabah virus di China dan di tempat lain.
 
Baca Juga: Jiyeon T-ara Tandatangan Kontrak dengan Agensi Baru

Seperti pada tahun 2004, wabah SARS yang bocor di laboratorium di Beijing menginfeksi sembilan orang, menewaskan ibu dari seorang mahasiswa pascasarjana yang terinfeksi yang bekerja di Institut Nasional Laboratorium Virologi China. Laboratorium itu sedang melakukan penelitian tentang virus corona SARS (SARS-CoV).  

Di Taiwan pada tahun 2003, seorang ilmuwan di Universitas Pertahanan Nasional di Taipei terinfeksi sindrom pernapasan akut parah (SARS) setelah ikut bereksperimen di laboratorium.

Kecelakaan laboratorium juga menjadi penyebab infeksi SARS di Singapura pada tahun 2003 ketika seorang mahasiswa doktoral di Singapore General Hospital jatuh sakit.
 
Baca Juga: Pohon Pengusir Setan dan Jin Ternyata Tidak Hanya Bidara, Ini 6 Pohon Lainnya

8) Para peneliti di Institut Virologi Wuhan sakit sesaat sebelum wabah menular.

Departemen Luar Negeri mengungkapkan pada Januari 2021 bahwa, Pemerintah AS memiliki alasan untuk percaya bahwa beberapa peneliti di dalam Institut Virologi Wuhan jatuh sakit pada musim gugur 2019 sebelum kasus wabah pertama yang diidentifikasi, dengan gejala yang konsisten dengan Covid-19.

"Ini menimbulkan pertanyaan tentang kredibilitas klaim publik peneliti senior di Institut tersebut, Shi Zhengli bahwa ia mengatakan 'nol infeksi' di antara staf dan siswa tentang SARS-CoV-2 atau virus terkait SARS," tulis  laporan Departemen Luar Negeri yang dirilis.

Sebuah laporan intelijen AS yang diungkapkan oleh Wall Street Journal pada bulan Mei menjelaskan  bahwa tiga peneliti dari Institut Virologi Wuhan dinyatakan sakit dan mencari perawatan di rumah sakit pada November 2019.
 
Baca Juga: Bocah Lelaki Afghanistan Meninggal Dunia Usai Jatuh ke Sumur

9) Institut Virologi Wuhan telah melakukan proyek penelitian "rahasia" dengan militer Tiongkok.

Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan pada 15 Januari 2021 bahwa Institut Virologi Wuhan telah berkolaborasi dalam "proyek rahasia" dengan militer China dan memperingatkan bahwa negara itu memiliki sejarah senjata biologis yang belum dihilangkan sepenuhnya.

Dr. Steven, yang bersaksi selama sidang kongres , mengatakan virus COVID-19 menunjukkan tanda-tanda kuat dari penelitian belum pernah dilihat sebelumnya yakni dengan membuat senjata biologis.

"Ada banyak bukti bahwa ini adalah suatu kecelakaan," tambahnya.
 
Baca Juga: Update Covid-19 di Indonesia Hari Ini Jumat 18 Februari 2022, 59 Ribu Kasus Baru

10) Ada upaya yang diatur oleh pejabat Institut Kesehatan Nasional dan lainnya untuk segera menutup teori kebocoran laboratorium.

Dokumen yang baru dirilis menunjukkan bahwa Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, telah diperingatkan sejak awal bahwa virus itu mungkin berasal dari laboratorium Wuhan.

Pada 31 Januari 2020, Dr. Kristian Andersen, ahli virologi terkenal di Scripps Lab, secara pribadi memberitahu Fauci bahwa setelah berdiskusi dengan rekan-rekannya beberapa fitur Covid-19 tampak mungkin direkayasa.
 
Baca Juga: Kerap Didemo Buruh, Kemnaker: Ada Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bagi Pekerja yang Kena PHK

Dikutip dari Fox News, kecurigaan teori kebocoran laboratorium ditutupi karena kekhawatiran tentang bagaimana publik akan bereaksi terhadap kemungkinan keterlibatan pemerintah Cina dengan kebocoran lab.

Para kritikus menduga para ilmuwan terkemuka terkemuka tidak ikut memprovokasi  dan mengundang pengawasan lebih lanjut terhadap kemungkinan bahwa sebuah laboratorium di Wuhan telah menerima dana dari Amerika Serikat dan terlibat dalam memanipulasi virus corona yang memicu pandemi.

"Ada upaya yang diatur pada awal 2020 untuk menghentikan diskusi dan menegakkan narasi palsu tentang asal usulnya," ujar Rutgers, mengatakan kepada Fox News.
 
Baca Juga: Inilah 11 Rekomendasi Drama Korea Terbaik yang dibintangi Park Shin Hye, Bisa jadi List Tontonan Anda

Itulah 10 alasan yang dipercaya oleh para ilmuwan dan peneliti bahwa Virus Corona memang berasal dari kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Reuters Fox News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x