Baca Juga: Ulang Tahun, Jisung NCT Beri Kado Istimewa untuk Fans, Suara Beratnya yang Merdu Banjir Pujian
Sementara Rusia beranggapan Amerika Serikat hanya menjadikan Krisis Ukraina sebagai alat untuk menghambat perkembangan Rusia.
“Rusia dan China menentang upaya kekuatan eksternal untuk merusak keamanan dan stabilitas di wilayah mereka yang berdekatan,” menurut pernyataan yang dirilis oleh Kremlin.
Pertemuan keduanya terjadi pada saat meningkatnya ketegangan antara Blok Barat dan Rusia atas Ukraina.
Blok barat khawatir tindakan Putin yang mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan Ukraina adalah ancaman invasi dan menignkatkan ketegangan di Eropa Timur.
Baca Juga: AS Klaim Pasukan Rusia Sudah Pada Tingkat 70 Persen yang Dibutuhkan untuk Invasi Penuh ke Ukraina
Setelah pertemuan tersebut, mereka menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing.
Krisis yang terjadi di perbatasan antara Ukraina dan Rusia tersebut sudah terjadi sejak Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2014 yang berujung dicaploknya semenanjung krimea oleh Rusia.
Lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran di wilayah tersebut, yang dikenal sebagai Donbas, dan setidaknya dua juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Sejauh ini Rusia telah mengerahan lebih dari 100.000 personil tentara Rusia di perbatasan Ukraina, sebagai bentuk antisipasi jika Ukraina bergabung menjadi anggota NATO kemudian melakukan operasi militer merebut kembali Semenanjung Krimea, wilayah yang telah direbut Rusia pada tahun 2014.***