Rugi hingga 11 Triliun Rupiah, Australia Gunakan Teknologi Gen Lawan Cik Siti!

- 26 Agustus 2021, 10:13 WIB
Ilustrasi tikus atau Cik Siti
Ilustrasi tikus atau Cik Siti //Pixabay/Alexas Fotos

Otoritas negara bagian di Australia telah mengusulkan penggunaan napalm dengan mengizinkan petani menggunakan racun bromadiolone terhadap tikus, yang telah memicu perdebatan sengit mengenai dampak lingkungannya.

Paket kontrol tikus senilai AUS$50 juta (Rp548 M) yang diluncurkan pekan ini mencakup rencana untuk mengembangkan teknologi "penggerak gen" untuk mensterilkan tikus.

Baca Juga: Dorong PEN, Kadin Ingatkan Pemkot Tangsel Soal UMKM dan Keberpihakan Pada Pengusaha Lokal 

Menurut para petani, wabah tikus yang menyerang Australia terjadi sangat parah dengan tikus-tikus menggigit kabel di mesin pencuci piring dan menyebabkan banjir serta berlarian di sekitar atap dan dinding.

Wabah itu mengancam tanaman musim dingin serta kesehatan mental para petani, yang telah menerima dampak buruk dari kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir.

Xavier Martin, wakil presiden kelompok lobi petani New South Wales, mengatakan bahwa petani menentang penggunaan bromadiolone karena khawatir dapat membunuh satwa liar yang memakan tikus mati melalui keracunan sekunder.

Baca Juga: Kurs Rupiah terhadap Dolar 26 Agustus 2021, Rally Rupiah Berlanjut, Dolar Dibuat Kaget 

Namun, pemerintah telah meminta “persetujuan mendesak” dari Australian Pesticides and Veterinary Medicines Authority untuk memungkinkan petani menggunakan bromadiolone, racun yang membunuh dengan mencegah pembekuan darah.

Banyak rekaman dramatis menunjukkan tikus menyerbu toko gandum, ladang, dan rumah.

Wabah tikus tidak hanya berdampak bagi ekonomi para petani tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat.

Halaman:

Editor: Yuliansyah

Sumber: Financial Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x