Rumah Sakit Kesulitan Awasi Pasien Demensia Selama Pandemi Covid-19

- 15 Juni 2021, 08:49 WIB
Ilustrasi demensia
Ilustrasi demensia /PIXABAY/Gerd Altmann

-

ZONABANTEN.com - Rumah sakit dan fasilitas di Jepang yang merawat pasien demensia sedang berjuang untuk mengatasi tantangan ekstra yang ditimbulkan oleh virus corona.

Penurunan kognitif sering membuat pasien tidak dapat mengikuti langkah-langkah pencegahan infeksi dasar. 

Sementara mereka yang terkena virus, karantina dapat memperburuk kondisi mereka.

Profesor Ishii Shinya adalah pakar kedokteran geriatri di Sekolah Pascasarjana Universitas Hiroshima. 

Ishii juga mengepalai kelompok penelitian yang telah mempelajari bagaimana rumah sakit dan fasilitas perawatan jangka panjang di Jepang mengatasi virus corona.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Juni lalu, setelah gelombang pertama virus melanda Jepang, kelompok tersebut menemukan bahwa staf yang merawat penderita demensia menghadapi sejumlah tantangan di luar tugas biasa mereka.

Responden mengatakan mereka mengalami kesulitan mencegah pasien COVID-positif dan kontak dekat berkeliaran dan memastikan mereka memakai masker wajah dengan benar, mengelola pemburukan gejala demensia, dan meminimalkan risiko infeksi staf.

"Dalam beberapa kasus, penderita demensia tidak memahami pengendalian infeksi dan keluar dari zona isolasi," ujar Ishii.

Baca Juga: Dunia Bulu Tangkis Berduka, Jagoan Badminton Indonesia Markis Kido Meninggal Dunia

Ishii juga mengatakan pembatasan sehari-hari yang membantu mencegah penyebaran virus dapat meningkatkan isolasi dan mengganggu rutinitas sehari-hari, pembatasan itu bisa memperburuk perilaku terkait demensia. 

Infeksi virus Covid-19 juga dilaporkan dapat meningkatkan risiko pengembangan keadaan kebingungan akut, yang dikenal sebagai delirium, yang mencakup terjadinya halusinasi dan delusi. 

Ishii mengatakan pasien dapat merobek masker oksigen, atau menjadi bingung dan berubah menjadi kasar.

Februari ini, untuk membantu rumah sakit dan fasilitas perawatan mengelola tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, profesor dan rekan-rekannya menerbitkan buku panduan tentang cara mengelola pasien demensia di usia lanjut yang terinfeksi virus corona. 

Buku ini membahas cara-cara untuk mencegah dan mengelola perilaku dan delirium terkait demensia yang memburuk. 

Kiat-kiatnya termasuk:

- Menjaga agar pasien cukup terhidrasi;

 

- Sering berbicara dengan pasien;

 

- Memberi pasien ruang untuk bergerak di fasilitas; dan 

 

- Memberi pasien program olahraga.

Baca Juga: Meski Beri Harapan, Obat Baru Alzheimer 'Aduhelm' Munculkan Permasalahan Baru

Rumah Sakit Umum Pusat Medis Kota Kobe sedang mempertimbangkan saran tersebut seraya memerangi kebangkitan kasus Covid-19. 

Setelah wabah awal, rumah sakit memasang interkom di semua ruang rawat inap untuk Covid-19 untuk membantu staf medis berkomunikasi secara efisien dengan pasien. 

Staf juga bekerja keras untuk memberi tahu pasien yang terkena dampak kognitif tentang status dan kebijakan perawatan mereka.

"Penyebaran Covid-19 memaksa perubahan di fasilitas perawatan demensia," ujar Otani Kyohei, ahli psikiatri penghubung di rumah sakit. 

"Saya telah membagikan isi buku panduan sehingga kami dapat memeriksa kembali praktik kami saat ini." ujar Otani.

Buku panduan ini juga menawarkan panduan yang jelas tentang masalah kontroversial: kapan harus menggunakan pengekangan. 

Ishii mengatakan kapan dan bagaimana menahan pasien ditentukan oleh hukum untuk bangsal psikiatri, tetapi tidak untuk bangsal umum. 

Dia menambahkan bahwa virus corona telah membawa tantangan baru, dan keputusan diserahkan kepada kebijaksanaan staf medis.

"Praktek ini terkadang diperlukan untuk memastikan keselamatan pasien dan pemberian perawatan yang tepat. Ini juga dapat digunakan untuk mengisolasi pasien dari orang lain sebagai bagian dari tindakan pencegahan infeksi," ujar Ishii.

Baca Juga: Cek Link Pendaftaran, Ini Formasi Jabatan CPNS Polri

Ishii khawatir pengasuh yang menangani kekurangan tenaga kerja mungkin menggunakan pengekangan fisik lebih sering dari yang seharusnya. 

"Tanpa penilaian yang tepat, praktik itu bisa lebih berbahaya daripada kebaikan bagi pasien," ujar Ishii memperingatkan.

Menurut buku panduan tersebut, kecuali digunakan dalam keadaan darurat tanpa pilihan lain yang tersedia, pengekangan fisik merupakan pelanggaran atau penyalahgunaan hak asasi manusia..

Buku ini juga menentukan apa yang merupakan upaya terakhir, termasuk:

  • Pertimbangan oleh banyak anggota staf;

  • Pengambilan keputusan yang terorganisir;

  • Persetujuan dari pasien dan keluarga mereka setelah penjelasan lengkap; dan 

  • Penghentian cepat setelah dinilai tidak perlu dalam tinjauan berkala.

Ishii mengatakan kekurangan tenaga kerja di rumah sakit dan fasilitas perawatan juga berarti bahwa staf yang merawat pasien demensia mungkin tidak selalu dilatih untuk mengobati kondisi itu.

"Buku panduan ini mungkin tidak menawarkan sesuatu yang baru bagi mereka yang berspesialisasi dalam demensia.” ujar Ishii.

“Tetapi tidak semua dokter dan perawat terbiasa dengan praktik ini. Dan sangat penting bagi mereka untuk merawat pasien COVID-19 sambil meminimalkan dampaknya pada demensia mereka." ujar Ishii menambahkan.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: NHK


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah