Berubah Drastis dalam 500 Tahun, Ilmuwan Sebut Hanya 3% Daratan Bumi yang Tak Tercemar Aktivitas Manusia

- 19 April 2021, 12:11 WIB
Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi /WikiImages/Pixabay


ZONABANTEN.com – Menurut penelitian, hanya sekitar tiga persen permukaan tanah planet Bumi yang mungkin secara ekologis utuh masih menjadi rumah bagi berbagai spesies asli mereka dan tidak tercemar oleh aktivitas manusia.

Dilansir dari Asiaone, temuan yang dipublikasikan Kamis, 15 April 2021 di jurnal Frontiers in Forests and Global Change itu jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya berdasarkan citra satelit, yang menunjukkan sekitar 20 persen hingga 40 persen ekosistem daratan tidak rusak.

Namun, untuk studi baru, para ilmuwan melakukan survei ekstensif terhadap tutupan hutan dan hilangnya spesies untuk memahami lebih baik apa yang terjadi di bawah tajuk pohon dunia.

"Saya sangat terkejut melihat betapa rendahnya sebenarnya," kata Andrew Plumptre, seorang ahli biologi konservasi di Universitas Cambridge seperti dikutip ZONA BANTEN dari Asiaone.

 "Ini menunjukkan betapa langka tempat-tempat utuh seperti itu. Sungguh menakutkan betapa kecilnya dunia seperti 500 tahun yang lalu,” tambahnya.

Baca Juga: Apple Music dan Spotify Beberkan Transparansi Biaya Per Satu Streaming Lagu, Ternyata Dihargai Segini

Istilah ekosistem menggambarkan hubungan yang kompleks dalam suatu kawasan alami yang secara keseluruhan membantu mempertahankan keanekaragaman hayati yang sehat dan seimbang.

Kehilangan hanya satu atau dua spesies kunci bisa menyebabkan seluruh sistem berantakan.

Habitat yang masih asli saat ini, dengan jumlah spesies yang sama seperti pada tahun 1500 M, sebagian besar ditemukan di daerah yang dianggap kurang ramah bagi manusia, termasuk Gurun Sahara dan daerah dingin di Greenland dan Kanada utara.

Habitat utuh lainnya berada di daerah yang mengalami tekanan ekstrim dari deforestasi dan pembangunan, termasuk bagian dari Amazon di Amerika Latin.

Peneliti berpendapat bahwa kawasan ini harus menjadi prioritas untuk konservasi di masa depan. Meskipun saat ini, hanya 11 persen dari area ini yang dilindungi.

Baca Juga: Buntut Ketegangan Konflik Rusia dan Ukraina, Inggris Kerahkan Kapal Perang dan Persenjataan ke Laut Hitam

Beberapa ilmuwan mempertanyakan angka yang sangat rendah tersebut.

“Kami membutuhkan tindakan praktis untuk memastikan spesies dan ekosistem bertahan,” kata Stuart Pimm, seorang ilmuwan konservasi di Duke University.

Dia juga mempertanyakan seruan penulis studi untuk melindungi daerah yang masih utuh, mencatat tambalan beku atau gurun bukan yang paling melimpah dengan spesies.

"Mendorong negara-negara untuk melindungi daerah terpencil, daerah berpenduduk jarang tidak akan memberikan banyak manfaat bagi keanekaragaman hayati," kata Pimm.

Upaya yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melindungi 30 persen daratan dan perairan Bumi pada tahun 2030 telah mendapatkan momentum selama setahun terakhir.

Baca Juga: Puasa Bikin Rentan Terinfeksi COVID-19? Ini Penjelasan Serta Tips Tingkatkan Kekebalan Tubuh Saat Ramadan

Namun, beberapa ahli konservasi berpendapat bahwa tujuan konservasi dunia harus jauh lebih tinggi dari 30 persen untuk mencegah kematian massal spesies.

Laporan PBB 2019 memperkirakan sebanyak satu juta spesies terancam punah karena aktivitas manusia.

“30 x 30 adalah slogan yang bagus, tetapi tidak banyak gunanya jika kawasan yang akan dilindungi tidak dipilih dengan hati-hati,” kata Pimm.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Asia One


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x